2016, Year of Success

Setiap awal tahun, banyak orang berusaha meramalkan akan seperti apa tahun yang sedang mulai dijalani ini.

Apakah kita akan lebih sukses? Apakah akan ada perubahan yang lebih baik? Karir meningkat? Penghasilan semakin besar? Bisnis makin sukses? Penjualan meningkat tajam? Apakah malah akan gagal? Ataukah biasa-biasa saja? Tidak ada perubahan? Karir tetap? Penghasilan menurun? Bisnis gagal? Penjualan menurun tajam?

Mana yang kita pilih?  Tergantung dari sisi mana kita memandang. Orang yang positif selalu memandang adanya kesempatan sehingga akan berusaha keras untuk mencapainya. Namun orang yang negatif sebaliknya hanya memandang hambatan yang mungkin terjadi sehingga merasa pesimis dan takut untuk maju.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang ingin Anda capai di tahun ini? Apakah sesuatu yang lebih besar? Atau sama dengan tahun sebelumnya? Ataukah malah lebih kecil karena Anda takut gagal?

Apakah Anda memilih masuk ke Kelompok Positif dan menjadi orang-orang yang berani memiliki tujuan dan sasaran lebih besar sehingga Anda akan menjadi orang yang selalu ingin maju? Ataukah Anda memilih masuk ke Kelompok Negatif dan menjadi orang-orang yang puas dengan berjalan di tempat, meskipun sebenarnya dalam hati kecil Anda merasakan ketidakpuasan.

Banyak orang takut untuk menetapkan sasaran yang tinggi. Takut gagal. Takut kejadian lama terulang lagi. Bahkan tanpa sadar mereka menggunakan kegagalan di masa lalu sebagai alasan mengapa mereka tidak maju. Mereka tidak lagi melihat adanya peluang karena berfokus pada pengalaman pahit di masa lalu.

Ketika saya menyarankan seorang karyawati agar menyampaikan usul atau saran perubahan aturan perusahaan kepada atasannya, dia berkata, ”Percuma Bu. Saya pernah memberikan usul tapi ditolak mentah-mentah.”

“Kapan?” tanya saya.
“Duluuu,” jawabnya.
“Kapan?”
“Yah, kira-kira tiga tahun yang lalu.”
“Kenapa tidak dicoba lagi?”
“Percuma, Bu. Peraturan di perusahaan saya memang begitu sejak dulu. Tidak mungkin berubah.” katanya.
“Kenapa tidak mungkin berubah?”
“Sejak dulu sudah begitu, Bu. Tidak bisa berubah”.

Dia dengan kukuh berusaha meyakinkan saya bahwa tidak ada yang bisa diubah. Dia sebenarnya sedang terjebak oleh  kejadian di masa lalu. Takut menentang arus, takut mengulang kegagalan, takut menentang kebiasaan. Takut memulai perubahan.

Salah seorang tokoh yang saya kagumi adalah mantan atasan saya di salah satu perusahaan. Sebut saja namanya Bapak A. Beliau adalah guru saya yang selalu mengajarkan agar saya untuk kreatif, berani melakukan hal baru, dan tidak pernah menyerah. Beliau pindah ke sebuah perusahaan besar lain, sebuah perusahaan asing. Di sana beliau berhasil mencapai jabatan General Manager. Di atas General Manager hanya ada posisi Director. Beliau ingin menjadi Director.

Namun di perusahaan asing ini, sejak berdiri puluhan tahun yang lalu, di seluruh dunia memiliki kebijakan bahwa tidak pernah ada orang lokal yang diangkat untuk menduduki jabatan direktur. Jabatan tertinggi selalu dijabat oleh orang asing. Semua teman dan rekan kerjanya bilang bahwa tidak mungkin bapak A mampu naik lagi. Karirnya dibilang sudah mandeg.

Tapi beliau tidak peduli perkataan orang lain. Beliau tetap menjadikan jabatan direktur sebagai tujuan, meskipun semua orang mengatakan percuma dan usahanya akan sia-sia.  Beliau tetap bekerja sebaik-baiknya, tetap berprestasi. Malah semakin maju dari tahun ke tahun. Prestasinya semakin meningkat karena beliau memiliki komitmen kerja yang sangat tinggi. Beliau menemukan cara untuk meningkatkan penjualan perusahaan secara drastis serta menemukan sistem yang terbukti mampu meningkatkan loyalitas pelanggan.

Hingga suatu hari, apa yang orang lain bilang ‘tidak mungkin’, ternyata menjadi ‘mungkin’. Beliaupun diangkat menjadi Director. Beliau adalah orang lokal pertama yang bisa menjabat posisi Director di perusahaan tersebut di seluruh dunia. Akhirnya orang asing mengakui kemampuan orang lokal. Tak lama kemudian di India juga terdapat orang lokal yang diangkat menjadi Director. Sejarah perusahaan yang sudah berlangsung puluhan tahun, kini berubah. Kini sudah ada beberapa negara di Asia yang dipimpin oleh orang lokal. Kebijakan perusahaan selama puluhan tahun berubah karena seorang bapak A yang memiliki tujuan dan mau berusaha keras untuk mencapainya. Luar biasa!

Seandainya Bapak A tidak pernah punya sasaran yang tinggi, tidak berusaha bekerja sebaik mungkin dan membuktikan kemampuannya, mungkin hingga kini kebiasaan lama tersebut belum berubah di perusahaan itu. Mungkin di seluruh dunia tetap tidak pernah ada orang lokal yang menjabat Director. Jangan menyerah. Never Give Up!

Persiapan dan Perencanaan

Berapa seringnya kita mendengar kata-kata “Fail to Plan is Plan to Fail”, namun betapa seringnya kita justeru melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Di mana-mana, banyak restoran yang tutup setelah buka beberapa bulan karena ternyata sepi pengunjung. Tapi banyak juga restoran baru yang buka dimana-mana dan berhasil.

Kegagalan bisa terjadi. Tapi, jangan berkata, ”Saya tidak jadi buka restoran. Percuma buka restoran, nanti tutup seperti restoran X itu." Benarkah cara berpikir seperti itu? Apakah ada hukum yang mengatur bahwa kita pasti gagal jika ada orang lain yang gagal? Apakah ada aturan seperti itu di negara kita atau di negara lain?

Mari kita ubah cara berpikir kita menjadi, ”Saya akan buka restoran. Tapi saya harus mencari cara agar restoran saya tidak tutup seperti restoran X itu. Saya harus mempelajari mengapa restoran X tutup. Lalu mengapa restoran Y berhasil dan sukses?”

Pelajari.  Lakukan persiapan matang. Buat perencanaan. Tentukan langkah-langkah yang akan dilakukan secara rinci. Ita yang bekerja sebagai penerima tamu berkata bahwa dia ingin pindah ke divisi ekspor dan impor. Keinginan saja tak ada artinya jika tidak ditunjang dengan perencanaan. Ita menyadari bahwa kemampuan bahasa Inggrisnya masih sangat kurang. Ita lalu membuat perencanaan untuk belajar bahasa Inggris dan belajar komputer, karena sebagai resepsionis, dia tidak diberi fasilitas komputer.

Untuk mencapai tujuannya, Ita membuat perencanaan. Dia mengikuti kursus komputer serta mengambil kuliah di jurusan Bahasa Inggris. Dalam pelaksanaannya, Ita akan ikut kursus komputer terlebih dahulu karena perkuliahan baru akan dimulai pertengahan tahun. Menjelang saatnya kuliah dimulai, kursus komputernya pasti sudah tamat. Dia juga akan mempelajari seluk beluk ekspor dan impor dengan bertanya kepada rekan kerja yang lebih memahami. Ita sudah tahu langkah apa yang akan dilakukannya di tahun ini untuk mencapai tujuannya.

If you think you can, you can. Go for it! Be successful in 2016!

___

Lisa Nuryanti adalah Super Mindset Motivator dan Professional Development Consultant

sumber : andriewongso.com