Serigala Telah Datang!

Serigala Telah Datang!

Alkisah, di sebuah desa pegunungan, tinggallah seorang anak gembala. Setiap hari, anak gembala tersebut harus menggiring kambing-kambingnya ke ladang rumput untuk makan dan kembali begitu malam tiba.

Suatu hari, ia kembali menggiring kambing-kambingnya ke ladang rumput. Karena sudah terbiasa, kambing-kambing miliknya pun berjalan sendiri sambil memakan rumput-rumput hijau yang ada di sana.

Anak gembala tersebut kemudian bersandar pada sebuah pohon untuk beristirahat. Ia memandang langit biru yang berteberan awan-awan putih. Ia pun kemudian merasa sangat bosan. Akhirnya, ia mendapatkan ide untuk mempermainkan orang-orang. Ia berteriak, “Serigala datang! Serigala datang! Serigala memakan kambing saya! Cepat datang selamatkan saya!” Karena dirinya sedang berada di atas gunung, maka teriakannya bergema sangat keras. Teriakannya pun sampai hingga ke kelompok petani yang sedang bekerja.

Mendengar teriakan anak gembala tersebut, para petani pun langsung menghampirinya dan meninggalkan pekerjaannya. Sesampainya di gunung, para petani bertanya pada anak gembala tersebut, “Di mana serigalanya?” Melihat kepanikan petani tersebut, si anak gembala pun tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Aku hanya bohong, kok. Mana ada serigala di sini?” Para petani pun sangat kesal karena ulah si gembala.

Hari berikutnya, anak gembala kembali menggiring kambing-kambingnya ke sebuah persimpangan gunung. Ia merasa bosan karena harus menunggu lama. Akhirnya, ia kembali menggunakan idenya dan berteriak, “Serigala datang! Serigala datang! Serigala memakan kambing saya! Cepata tolong bantu saya!” Teriakannya kembali terdengar oleh para petani yang sedang bekerja. Para petani tersebut menghampirinya dan bertanya, “Di mana serigalanya? Cepat bawa kami ke sana!” Anak gembali kembali tertawa melihat kepanikan para petani, “Hahaha… Lagi-lagi aku berhasil membohongi kalian. Mana ada serigala di sini?” Mendengar anak gembala tersebut, para petani kembali marah dan kesal.

Hari selanjutnya, si anak gembala kembali menggiring kambing-kambingnya. Ia merasa bosan dan berteriak lagi seperti hari-hari sebelumnya. Namun kali ini, para petani enggan mendengarkannya karena tahu bahwa anak gembala tersbeut hanya berbohong. Kemudian, serigal benar-benar datang. Serigal tersebut menyerang dan memakan kambing-kambingnya satu persatu. Anak gembala itu pun panik dan terus memohon bantuan dan berteriak, “Serigala datang! Dia memakan kambing-kambing saya! Tolong!”

Namun, karena ulahnya yang terus menerus berbohong, maka tak ada satupun yang mau datang membantunya. Dan akhirnya, seluruh kambingnya pun habis dimakan serigala.

Netter yang Bijaksana,

Dari kisah di atas kita bisa memetik sesuatu. Bahwa kebohongan bukanlah hal yang baik dan bisa menyebabkan kita tidak dapat dipercaya. Jika kita melakukan kebohongan lebih dari sekali terus menerus, dan melakukannya tanpa tanggung jawab, maka kita akan di cap sebagai orang yang tidak dapat dipercaya.

Ketika cap tersebut sudah melekat pada diri Anda, maka suatu waktu ketika anda dalam kondisi yang ditekan, maka tidak aka nada yang percaya dengan perkataan Anda, sekalipun Anda berkata jujur.

Jadi, sebisa mungkin hindari hal-hal yang bisa memaksa Anda untuk berbohong. Ketika melakukan kesalahan, lebih baik mengakuinya daripada harus berbohong untuk menutupi. Karena dalam mengakui kesalahan, berarti ada keberanian dalam diri Anda.

Sumber : andriewongso.com

7 Kebiasaan Akhir Pekan Orang Sukses

Setiap orang pasti punya kebiasaan sendiri di akhir pekan, termasuk orang-orang sukses. Mereka tahu pasti bahwa akhir pekan adalah “senjata rahasia” untuk mempersiapkan diri meraih sukses. Berikut ini 7 kebiasaan yang dilakukan orang super sukses di akhir pekan:

Robert Iger: Bangun pagi
CEO Disney ini mengaku bangun pagi, setiap hari. Orang sukses tidak bersantai apalagi bermalas-malasan di tempat tidur sampai pukul 12 siang, bahkan di akhir pekan. Riset menunjukkan bahwa kemampuan otak  kita paling tajam 2-4 setelah kita bangun.

Timothy Ferris: Jangan multi-tasking
Penulis dan entrepreneur muda ini selalu fokus pada satu atau maksimal dua pekerjaan dalam satu hari, termasuk di akhir pekan. Menyiapkan segudang rencana sekaligus seperti merapikan rumah, mengajak anak jalan-jalan, mengunjungi orangtua, serta berbelanja kebutuhan mingguan biasanya akan berakhir kacau. Terlalu banyak rencana akan membuat Anda kehilangan fokus dan justru apa yang direncanakan tidak bisa tercapai.

Anna Wintour: Selalu berolahraga
Pemimpin redaksi Vogue Anna Wintour rutin bermain tenis selama satu jam setiap hari. Dan dia bukan satu-satunya orang super sukes yang melakukan hal itu. Richard Branson sering bermain kite surfing, sementara orang terkaya di India Mukesh Ambani adalah seorang pelari maraton. Orang sukses tahu bahwa olahraga tak hanya penting untuk menjaga kesehatan fisik, tapi juga pikiran mereka.

Warren Buffet: Menjalankan Hobi
Salah satu investor tersukses di abad ke-20 ini ternyata sering mengisi waktu luangnya untuk bermain ukulele. Orang sukses biasanya mempunyai hobi yang menarik. Tak harus hobi main golf, yang bermanfaat untuk membangun jaringan. Hobi pribadi seperti merajut yang dilakukan Meryl Streep atau melukis seperti George W. Bush juga bisa mengasah kreativitas untuk meraih kesuksesan.

Bill Gates: Waktunya merenung
Ada ucapan terkenal dari pendiri Microsoft ini, “Tidak masalah merayakan kesuksesan, tapi lebih penting lagi mengambil pelajaran dari kegagalan.” Melakukan perenungan penting kita lakukan setiap hari. Tapi akhir pekan adalah saat terbaik untuk merenungkan pelajaran yang kita dapat pada hari hari sebelumnya dan membuat perbaikan pada minggu berikutnya.

Richard Branson: Berbagi
Semua orang rasanya setuju dengan ungkapan berbagi tak akan membuat orang miskin. Hal itu pula yang dipegang oleh Richard Branson. Pengusaha gaek pemilik ratusan perusahaan ini rajin berbagi dalam berbagai program kemanusiaan mulai dari kesehatan, kemiskinan, konservasi, dan perubahan iklim. Faktanya, 73% orang kaya rutin menyisihkan waktu dan harta mereka untuk berbagi dengan sesama. Dan akhir pekan adalah waktu terbaik untuk menjadi relawan atau melakukan kegiatan sosial.

Jack Dorsey: Bersiap di akhir pekan
Pendiri Twitter ini menghabiskan waktu hingga 16 jam per hari mulai Senin sampai Jumat. “Sabtu aku libur. Mendaki gunung. Lalu Minggu adalah saat memikirkan strategi untuk persiapan sisa hari berikutnya.” Menurut penulis Laura Vanderkan, orang sukses umumnya tahu bahwa akhir pekan adalah waktunya menyegarkan pikiran sekaligus mengisi ulang “baterai” agar lebih produktif di pekan berikutnya.

sumber : andriewongso.com

Tembakan Lebih Jitu

Salah satu kunci sukses yang paling sering didengung-dengungkan adalah fokus pada target. Banyak individu yang merasa sudah melakukannya. Tapi entah kenapa, mereka selalu saja meleset dari target yang dituju.

Seorang penembak jitu juga perlu latihan. Dan latihan itu bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali. Setelah latihan masih harus mengasah segala kemampuan untuk kemudian bekerja lebih keras dari individu lainnya. Lalu bagaimana agar tembakan peluru Anda tepat pada sasaran? Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan...

1. Feeling
Seorang penembak jitu selain memiliki keahlian, juga memiliki feeling yang kuat. Feeling ini tentu diasah dari pengalaman jatuh bangun dalam hidupnya. Pelajaran mengasah rasa ini bukan hanya dengan merenung. Rasa, sensitivitas, hingga berujung pada kemampuan membuat prediksi ke depan, bisa diasah dengan bekerja, berinteraksi dengan orang lain, bertemu dengan orang berbeda prinsip, sampai berinteraksi dengan orang-orang baik maupun orang jahat.

Ketika semua itu diresapi lalu diambil pelajaran, maka feeling akan terbentuk. Jika sudah terbentuk, Anda akan lebih mudah menembak sasaran.

2. Konsep yang berbeda
Target atau sasaran yang sama dengan orang lain hanya akan membuat Anda semakin sulit untuk bisa menjadi penembak jitu nomor satu. Bayangkan jika ada sebuah pohon dan semua pemanah memiliki target memanah pohon itu, maka akan semakin sulit target tercapai. Maka yang harus Anda lakukan adalah membuat konsep yang berbeda. Target ini harus Anda pikirkan sebelum memulai melangkah.

Misalnya, di pasaran banyak beredar penjual pulsa, maka Anda bisa membuka rumah makan dengan bonus pulsa untuk pembeli yang menambah pesanan. Dengan begitu pembeli akan mengingat Anda sebagai warung makan dengan konsep berbeda.

3. Semua adalah kompetitor
Jika Anda merasa berjalan sendirian, Anda akan merasa bahwa Anda adalah satu-satunya yang menguasai sebuah bidang atau keahlian. Dan merasa menjadi satu-satunya akan membuat Anda jadi lupa diri. Menjadi lupa diri ini pada akhirnya akan membuat Anda jadi lengah, lalu kelengahan itu pasti akan membuat Anda mudah jatuh lebih cepat ketimbang sebelumnya.

Jadi coba lihat sekeliling. Anggap saja semua orang yang potensial adalah kompetitor Anda. Dengan begitu Anda selalu merasa bersemangat mengejar target Anda.

4. Sebarkan ilmu
Banyak pelaku usaha yang takut membagikan ilmunya kepada orang lain, karena mereka takut ada kompetitor dan rezeki mereka akan terbagi. Padahal konsep berbagi sama seperti dengan konsep pohon berbuah. Semakin banyak buah dan semakin banyak orang yang merasakan manfaat buah itu, maka pohon itu akan terus-menerus menghasilkan buah. Maka tidak perlu takut menyebarkan ilmu. Karena semakin ilmu disebar, semakin kreatif Anda.

5. Langit itu indah
Jangan hanya dibayangkan, tapi yakinkan diri bahwa langit itu selalu indah. Itu artinya Anda proyeksikan diri untuk selalu melihat ke atas. Dengan selalu melihat ke atas Anda jadi berbenah diri, membetulkan mana yang seharusnya Anda lakukan. Dan ketika Anda sudah berada di atas menjadi langit, maka jadilah langit yang sesungguhnya, yaitu melindungi orang lain yang ada di bawah naungannya. Jika itu semua Anda lakukan, maka tinggal menunggu waktu peluru target yang Anda tembakkan akan lebih mudah mencapai sasaran.


sumber : andriewongso.com

Belajar dari Kesalahan

Banyak orang menyesali kesalahan dan kegagalan dalam hidup, termasuk soal kariernya. Tapi, sebenarnya, ada banyak hal yang bisa dipelajari sehingga kesalahan itu justru berbuah pembelajaran yang akan mendongkrak karier.

Suatu saat, seorang pegawai membuat kesalahan besar yang merugikan IBM senilai jutaan dollar. Sang pegawai kemudian dipanggil ke kantor Tom Watson, sang pendiri IBM. Dengan kepala tertunduk, sang pegawai mengakui kesalahannya dan berkata “Anda pasti menghendaki saya mengundurkan diri.” Apa yang terjadi? Dalam berbagai kisah, disebutkan bahwa Watson justru dengan lapang hati berkata, “Anda pasti bercanda. Saya baru saja menghabiskan 10 juta dollar untuk mendidik Anda…” Dan, sejak saat itu, sejarah terukir hingga saat ini, IBM tetap dikenal sebagai salah satu jawara di bidang IT dunia.

Hal yang nyaris sama terjadi pada salah satu anak perusahaan perusahaan online, Zappos.com. Pada sebuah program promosi di situs penjualannya, mereka sempat melakukan sebuah kesalahan sistem pemberian harga. Akibatnya, hampir semua harga barang yang dijual nilainya tak sebanding dengan ongkos produksi. Menurut Tony Hsieh, CEO Zappos.com, karena kesalahan harga itu, perusahaannya rugi hingga US$1,6 juta. Namun, dalam pernyataannya—yang dimuat di berbagai media dan termasuk pula media sosial—Hsieh menyebutkan bahwa tak ada satu pun pegawai yang dipecat. Ia justru menyebutkan, itu  adalah kesalahan yang membuat mereka lebih waspada dan belajar untuk lebih teliti sehingga ke depan akan mampu mencapai hasil yang lebih baik.

Di Indonesia ada pula kebiasaan yang dilakukan oleh pengusaha legendaris, mendiang Bob Sadino. Dengan tegas, di setiap kesempatan atau saat bicara pada pegawainya, ia justru berkata, “Ayo, silakan buat kesalahan. Jangan takut salah!” Akibatnya—menurut Bob—justru pegawainya makin kreatif karena tak takut berbuat salah. Ujungnya, omzet pun meningkat. Meski, ia mengaku, ada juga kesalahan yang membuat ia jadi belajar dari kesalahan tersebut.

Dari sekian banyak kisah tersebut, bisa disimpulkan, kesalahan sebenarnya bukan suatu hal yang harus ditakuti. Memang, di banyak perusahaan, kesalahan bisa berbuah pemecatan. Namun sebenarnya, jika mentalitas kita selalu dipenuhi perasaan takut salah, takut dipecat, takut gagal, maka karier pun—biasanya—hanya akan begitu-begitu saja.

Menurut Alexander Kjerulf, konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) yang juga dikenal sebagai The Chief Happiness Officer, ada banyak hal yang justru harusnya disyukuri saat melakukan kesalahan. Beberapa hal yang disarankan oleh Kjerulf di antaranya sebagai berikut:

• Saat membuat kesalahan, itu adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak
Suatu ketika, kita barangkali melakukan kesalahan. Dan, sudah pasti itu akan membuat tidak nyaman. Tapi, jika kita membiasakan diri untuk memilih belajar—dibanding sekadar menyesali tiada henti—itu akan membuat diri kita makin dewasa dan berkembang.

Seorang pegawai periklanan melakukan sebuah kesalahan. Ia salah menuliskan nomor telepon pada iklan satu halaman berwarna di sebuah media terbesar. Akibatnya, iklan senilai Rp300 juta itu tak efektif. Sang klien pun sempat nyaris tak mau membayar. Namun, dengan kompensasi tertentu—iklan itu diganti setengah halaman atau senilai sekitar Rp150 juta—iklan baru yang sudah dikoreksi pun tayang dengan nomor telepon yang sudah benar. Setelah itu, perusahaan yang memasang iklan langsung mendapat order sangat banyak sehingga produknya nyaris habis.

Bagaimana dengan nasib si pegawai? Meski harus didenda karena merugikan perusahaan, ia jadi belajar banyak untuk lebih teliti. Kini—sang pegawai, yang tak mau disebutkan namanya—justru berkembang dengan memiliki perusahaan periklanan sendiri. Ia banyak belajar dari kesalahan masa lalunya, hingga mampu berkembang dan meningkat kariernya.

• Tak perlu berusaha menutupi kesalahan
Dengan kepala dingin dan hati yang lapang, saat mengakui kesalahan—meski kadang terasa sangat berat—sebenarnya itu justru melegakan. Bayangkan, jika kita justru berusaha menutupinya dengan segala cara. Pastinya kita hanya akan terbayang-bayang dengan kesalahan itu dan berusaha mati-matian agar tak ketahuan. Akibatnya, pekerjaan di masa mendatang yang harusnya bisa dilakukan maksimal, justru tak bisa dikerjakan karena sibuk menutupi kesalahan. Karena itu, Kjerulf menyarankan, cobalah lebih terbuka dan diskusikan tentang kesalahan yang dibuat. Sehingga, saat ditemukan solusi, kita akan jauh lebih lega dan dapat fokus untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya.

• Dengan kesalahan, kita memperkuat kreativitas dan inovasi
Randy Pausch, seorang profesor yang terkenal saat memberikan kuliah terakhirnya—akibat ia terkena penyakit kanker ganas—memelopori pemberian penghargaan yang disebut the First Penguin (pinguin pertama). Penghargaan itu diberikan kepada tim di kelasnya yang paling berani mengambil risiko—dan gagal. Penghargaan itu terinspirasi oleh kisah pinguin pertama—selalu ada yang pertama—yang berani mengambil risiko terjun ke dalam air, meski tahu persis di air itu barangkali ada predator yang siap memangsa mereka. Namun, tanpa keberanian dari pinguin pertama itu, tak akan ada belasan dan ratusan pinguin yang berani masuk ke air.

Itulah bentuk “pengorbanan” yang sebenarnya—kadang—perlu dilakukan untuk menguji mentalitas. Dan, seperti banyak sejarah mencatat, mereka yang pertamalah yang biasanya berjaya. Sisanya? Adalah para follower yang jika tak mumpuni, hanya akan begitu-begitu saja…

• Kesalahan biasanya justru membuka “pintu” peluang lain
Masih ingat kisah perekat kertas Stick a note dari 3M? Lem yang dibuat dianggap gagal karena kurang rekat. Tapi, dengan kreativitas tertentu, lem itu kini justru jadi bahan industri kertas penempel pesan yang mudah dilepas dan dibuang dan membuat untung perusahaan hingga miliaran dolar. Jadi, saat berbuat kesalahan, coba pelajari sisi lain dari kesalahan itu. Siapa tahu ada sesuatu yang bisa dikreasikan untuk mencapai keberhasilan.

• Dengan adanya kesalahan, kita justru memperkecil peluang berbuat kesalahan lagi
Peter Drucker—seorang ahli manajemen—menyebutkan, sebuah perusahaan justru harus mencari karyawan yang tak pernah berbuat kesalahan dan memecatnya. Mengapa? Menurut Drucker, karyawan yang tak pernah berbuat kesalahan sebenarnya justru tak pernah melakukan sesuatu. Jadi, jangan pernah takut berbuat salah.

Sudahkah kita belajar dari kesalahan?

sumber : andriewngso.com

Sukses Bisa Berawal dari Gagasan Sepele

Tak semua kisah sukses bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Bahkan ada yang menangguk untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi temuan orang lain (mungkin Anda pernah mendengar istilah “ATM,” Amati, Tiru, Modifikasi).

Liquid Paper adalah salah satu contohnya. Produk ini bermula dari kebingungan sang penemu, Bette Graham. Ia adalah seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris. Namun ia kerap stres lantaran pekerjaannya mengetik. Bagaimana tidak, ia harus membuat hasil ketikannya rapi dan bersih, namun ketikannya kerap salah.

Suatu ketika tanpa sengaja dia melihat seorang tukang cat tengah mengecat. Tukang cat itu ternyata tak sengaja menodai hasil kerjanya. Untuk membersihkannya, pengecat itu kemudian menimpa noda itu dengan cat putih.

Dari situ, Graham terpikir untuk melakukan hal serupa. Dia mencoba menggunakan cat putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk menutup kesalahan ketiknya. Ternyata berhasil! Pada tahun 1957, teman-temannya mengetahui hal ini, Graham mulai mengomersialkan, hingga mampu menjual sekitar 100 botol cairan pengoreksi per bulan. Belasan tahun kemudian, perusahaan yang ia dirikan berhasil menjual sedikitnya lima juta botol correction fluid; kini ditambah dengan correction pens dan correction tape.

Yang tak kalah menarik adalah kisah tentang sukses besar yang terjadi karena kecerdikan dalam mengadopsi ide orang lain. Adalah Dietrich Mateschitz yang mengubah tonik menyehatkan asal Thailand ("si kerbau air merah" alias Krating Daeng) menjadi manis dan berbuih, yang cocok untuk orang-orang Austria. Ia lantas mengemasnya lebih menarik dalam kaleng ramping, dan memberinya merek Red Bull. Dengan klaim sebagai ‘minuman cerdas’ yang mampu meningkatkan kinerja seseorang, Red Bull menangguk sukses besar. Pada tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar AS, dan kini diperkirakan jauh melebihi angka itu.

Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell?

Singkatnya, dari berbagai contoh yang ada memberikan inspirasi kepada kita bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan dengan cara apa saja. Yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam menghadapi risiko. Seperti Edi Noersasongko, pendiri dan sekaligus rektor Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. Berkat keberanian, kegigihan dan ketabahannya, lembaga kursus komputer yang ia dirikan sekitar 25 tahun lalu, kini telah menjelma menjadi universitas besar yang memiliki lebih dari 10 ribu mahasiswa.

Netter yang luar biasa, melalui kisah-kisah di atas, kita semua kembali diingatkan, bahwa kita perlu sedikit “memaksa diri” untuk mulai memikirkan cara-cara baru, ide-ide segar (kecil maupun besar), dan yang tak kalah penting, terus gigih berjuang sampai berhasil. Mengingat hanya dengan cara itulah, kita bisa menciptakan perubahan, perbedaan dan keberhasilan, hingga akhirnya lompatan besar. Semoga.

sumber : andriewongso.com

Menjadi Manusia yang Cerdas Hidup

Kecerdasan adalah bekal paling dasar yang diberikan kepada manusia untuk hidup. Sayang, banyak yang tak mengelolanya dengan baik. Dengan cerdas hidup, kita bukan hanya memahami hidup, tapi juga menjadikannya sebagai mentalitas yang membuat kita kaya dalam arti sesungguhnya.

Suatu kali, seorang bocah dibawa ke seorang yang dianggap pintar meramal. Ini adalah kebiasaan masyarakat setempat, untuk melihat “masa depan” dari anak-anak, sehingga ke depan bisa diketahui si bocah akan jadi apa kelak. Si peramal mengatakan hal yang sangat mengecewakan. Si bocah disebut punya shio yang berat, harus kerja keras terus. Selain itu, waktu lahirnya pun dianggap kurang menguntungkan. Belum lagi, dari segi perwajahan. Intinya, sang bocah akan menjadi orang yang sengsara sepanjang hidupnya. Sungguh, sebuah ramalan yang sangat melemahkan semangat.

Beruntung, sang ibu yang membawa si bocah tak percaya begitu saja. Si ibu tetap yakin, bahwa setiap orang pasti punya hak untuk hidup lebih baik. Memang, ibu dan anak itu di masa tersebut hidup menderita. Hidup di kontrakan yang setengah rumah berdinding bambu, setengah  lagi baru tembok. Itu pun antar-rumah saling berimpitan. Pengap, kotor, dan terkesan kumuh. Sungguh, kalau tak berpikir positif, ramalan itu sudah jadi nyata saat itu. Seolah-olah, tak bakal ada hal yang bisa diubah dari kehidupan seperti itu. Namun, sekali lagi, si ibu menegaskan pada bocah tersebut—juga saudara-saudaranya—bahwa sebagai manusia, sepanjang mau berusaha, pasti ada jalan keluar di setiap permasalahan. Sang ayah pun menguatkan, dengan mengatakan sebuah filosofi yang terus diingat si bocah, sepanjang gunung masih menghijau, jangan takut kehabisan kayu bakar. Intinya, mereka diyakinkan, bahwa sepanjang masih ada tenaga, kekuatan, kemampuan, dan usaha perjuangan mati-matian, harapan untuk memperbaiki hidup akan selalu ada.

Tanpa disadari, sang bocah sedang mendapat pelajaran hidup dari kedua orangtuanya. Dukungan moral yang diberikan, membuat sang bocah bertumbuh dengan pola pikir yang positif. Pembelajaran yang diberikan sejak dini tersebut, menjadi bekal kecerdasannya dalam “mengolah” hidupnya kelak. Terbukti, pola pikir, tindakan, dan perbuatan yang dilakukan sang bocah, pelan tapi pasti, berhasil “melawan takdir” sang peramal. Filosofi yang ditanamkan kedua orangtuanya bukan hanya menguatkan tekadnya untuk memperbaiki hidup. Namun, lebih dari itu. Sang bocah, berhasil mengubah semangat dan tekad menjadi pikiran dan tindakan yang cerdas, sehingga kini ia dikenal pengusaha sekaligus motivator ternama Indonesia.

Hampir senada dengan kisah tersebut, Thomas Alva Edison, sang penemu terbesar dunia, mengalami pengalaman serupa. Saat kecil, di sekolahnya, ia dianggap bodoh oleh guru dan teman-temannya. Karena itu, Edison cenderung menjadi penyendiri. Kadang, ia jadi bahan tertawaan teman-temannya. Mendapati hal tersebut, sang ibu memilih untuk mendidiknya sendiri.

Edison lantas mendapat perhatian yang luar biasa dari ibunya. Selain kasih sayang, ia juga mendapat bekal kepercayaan diri yang terus ditumbuhkan sang bunda. Edison pun tumbuh menjadi remaja yang gemar bereksplorasi dengan dunianya. Wejangan sang ibu, akhirnya membuat Edison jadi pria pantang menyerah yang dalam kisah sejarah, disebutkan telah membuat sedemikian banyak kegagalan. Tapi, dari kegagalan itulah, Edison menyebut, ia “sedang” belajar. Waktu membuktikan, namanya menjadi tokoh penemu terhebat yang mengubah dunia. Sebagai ilmuwan, ia bukan hanya pintar, tapi cerdas dalam mengalahkan segala keterbatasan.

Hidup Bukan Sesuatu yang Kaku

Kisah Thomas Alva Edison dan apa yang dialami Sang Motivator, Andrie Wongso, adalah contoh nyata, bahwa hidup bukan sesuatu yang kaku. Hidup justru merupakan “ladang ilmu” yang bisa membuat kita jadi insan yang cerdas atau bodoh, sesuai dengan pilihan yang kita ambil. Andai saja misalnya, Edison menuruti ejekan teman-temannya dan memilih tak mendengar imbauan ibunya—sebaliknya, sang ibu pun tak memutuskan untuk mendidik Edison dengan benar—bisa jadi sejarah akan berubah. Di sini, ada faktor sangat kuat berupa pilihan hidup. Yakni, Edison memilih untuk menuruti apa yang diberikan sang ibu. Ia memilih menjadikan “pengetahuan” dari ibunya sebagai bekal hidup. Tanpa Edison memilih itu—sehebat apa pun pengetahuan yang diberikan—ia tak akan jadi siapa-siapa. Di sinilah, Edison memiliki kecerdasan hidup, untuk mengolah pengetahuan dari sang ibu menjadi kekuatan untuk mengubah dirinya menjadi insan yang luar biasa.

Artinya, semua sebenarnya berada di tangan sang pemilih, alias orang itu sendiri yang akan menjalani pilihan-pilihan dalam hidupnya. Sejalan dengan ajaran mulia di agama Islam, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa kaum tersebut berusaha sendiri untuk mengubahnya. Pengertian universal tersebut mengajarkan, segala yang ada di dunia ini sebenarnya merupakan “bekal” hidup. Tapi, siapa yang mau memaksimalkan bekal itu menjadi hal yang positif atau negatif, di sinilah kecerdasan seseorang menjadi penentunya.

Itu pula yang dialami Andrie Wongso. Mengalami pahit getir hidup—yang diramal mustahil diubah—namun Andrie memilih untuk mengubahnya. Ia memilih untuk tidak menuruti hal negatif yang didengar dan dirasakannya.

“Hidup itu adalah pilihan. Mana yang kita pilih, semua mengandung risikonya masing-masing. Tapi, kalau kita cerdas memilih dan melakukan apa yang pas untuk kita, semua dimungkinkan untuk diubah, termasuk kondisi yang serba tak mungkin sebelumnya,” tegas Andrie.

Untuk mengubah dan memilih hal yang paling tepat itulah, kita butuh kecerdasan hidup. Ini bukan semata tahu apa itu hidup, mengerti, dan memahami berbagai teori seputar hidup. Tapi, cerdas hidup lebih dari itu. Kecerdasan hidup merangkum pengertian sekaligus tindakan, atas segala pilihan-pilihan yang mungkin terjadi.

“Orang yang cerdas hidup tahu persis, tak ada gagal yang final dan tak ada sukses yang terus-menerus. Karena itu, ia akan selalu cerdas dalam mengelola dan memilih apa yang terbaik untuk diri dan sekitarnya,” papar motivator yang juga dikenal sebagai Sang Pembelajar.

Intinya, orang bisa menjadi cerdas atau bodoh hidup, bergantung pada apa yang menjadi pilihannya. Ibarat orang yang dititipi rumah. Kalau cerdas, ia akan membuat rumah tersebut semakin nyaman ditinggali. Ia bisa menghiasinya, mengecatnya, merawatnya, hingga membuat siapa pun yang tinggal, selalu betah. Sebaliknya, yang bodoh, akan membuat rumah sekadar sebagai tempat tinggal. Bocor yang dibiarkan saja, atau ditambal seadanya. Rumah kotor dan pengap pun, sepanjang masih bisa ditinggali, akan didiamkan saja. Akibatnya, rumah tak terawat, dan kehancuran hanya menunggu waktu saja. Padahal, dari awal, rumah itu sama. Cuaca yang mungkin terjadi juga sama. Hujan dan panas, sama-sama pula menerpa kedua rumah tersebut. Di sinilah, antara yang cerdas dan bodoh hidup menentukan “takdir”-nya masing-masing. Begitu pula kita. Tahu dan sadar begitu banyak karunia Tuhan yang diberikan, hanya yang cerdaslah yang akan mendapat banyak kebaikan dan keberkahan.

sumber : andriewongso.com

Koreksi Diri Sendiri Dulu

Alkisah, ada seekor burung hantu yang menempuh perjalanan jauh untuk pindah ke hutan lain.

Dalam perjalanan panjang ini,ia bertemu dengan seekor burung perkutut. Si Perkutut heran melihat burung hantu yang begitu tergesa-gesa. Katanya, “Hai, Burung Hantu! Anda hendak kemana?”

Burung hantu berputar sejenak di angkasa, lalu menjawab, ”Aiih! Terlalu sulit untuk bergaul dengan para tetangga daerah ini. Anda kan tahu, saya memiliki bakat bernyanyi, jika malam tiba, saya sangat suka bersenandung. Tapi, yah… sepertinya mereka semua tidak suka mendengar suara saya. Apa boleh buat? Lebih baik saya meninggalkan tempat ini dan pindah ke hutan lain!”

Mendengar hal ini, burung perkutut berkata, ”Burung Hantu, Anda kan telah tinggal di sini puluhan tahun lamanya. Semua tetangga kiri dan kanan telah mengenal Anda. Mengapa harus pindah ke tempat asing..?”

Perkutut melanjutkan, “Menurut saya, lebih baik Anda ubah sedikit nada suara nyanyian Anda. Para tetangga pasti akan menyukainya. Jika tidak begitu, kemana pun Anda pergi, sama saja. Anda akan tetap tidak disukai.”

Mendengar penuturan burung perkutut, dengan malu burung hantu menundukkan kepalanya. Tak lama, ia terlihat terbang kembali menuju rumahnya di hutan Lama.

Sahabat luar biasa,

Jika Anda kerap kali mengalami perselisihan dengan orang-orang di sekitar atau merasa rekan/teman sering mempersulit diri Anda, sebaiknya Anda mencoba mengoreksi diri sendiri—bukannya selalu menyalahkan orang lain.

Apabila kita selalu melemparkan semua kesalahan pada lingkungan sekitar serta tidak mau merenungi diri sendiri, maka sama halnya dengan si burung hantu. Ke mana pun kita pergi, tidak akan pernah disukai...

Semoga bisa menjadi inspirasi..

sumber : andriewongso.com

2016, Year of Success

Setiap awal tahun, banyak orang berusaha meramalkan akan seperti apa tahun yang sedang mulai dijalani ini.

Apakah kita akan lebih sukses? Apakah akan ada perubahan yang lebih baik? Karir meningkat? Penghasilan semakin besar? Bisnis makin sukses? Penjualan meningkat tajam? Apakah malah akan gagal? Ataukah biasa-biasa saja? Tidak ada perubahan? Karir tetap? Penghasilan menurun? Bisnis gagal? Penjualan menurun tajam?

Mana yang kita pilih?  Tergantung dari sisi mana kita memandang. Orang yang positif selalu memandang adanya kesempatan sehingga akan berusaha keras untuk mencapainya. Namun orang yang negatif sebaliknya hanya memandang hambatan yang mungkin terjadi sehingga merasa pesimis dan takut untuk maju.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang ingin Anda capai di tahun ini? Apakah sesuatu yang lebih besar? Atau sama dengan tahun sebelumnya? Ataukah malah lebih kecil karena Anda takut gagal?

Apakah Anda memilih masuk ke Kelompok Positif dan menjadi orang-orang yang berani memiliki tujuan dan sasaran lebih besar sehingga Anda akan menjadi orang yang selalu ingin maju? Ataukah Anda memilih masuk ke Kelompok Negatif dan menjadi orang-orang yang puas dengan berjalan di tempat, meskipun sebenarnya dalam hati kecil Anda merasakan ketidakpuasan.

Banyak orang takut untuk menetapkan sasaran yang tinggi. Takut gagal. Takut kejadian lama terulang lagi. Bahkan tanpa sadar mereka menggunakan kegagalan di masa lalu sebagai alasan mengapa mereka tidak maju. Mereka tidak lagi melihat adanya peluang karena berfokus pada pengalaman pahit di masa lalu.

Ketika saya menyarankan seorang karyawati agar menyampaikan usul atau saran perubahan aturan perusahaan kepada atasannya, dia berkata, ”Percuma Bu. Saya pernah memberikan usul tapi ditolak mentah-mentah.”

“Kapan?” tanya saya.
“Duluuu,” jawabnya.
“Kapan?”
“Yah, kira-kira tiga tahun yang lalu.”
“Kenapa tidak dicoba lagi?”
“Percuma, Bu. Peraturan di perusahaan saya memang begitu sejak dulu. Tidak mungkin berubah.” katanya.
“Kenapa tidak mungkin berubah?”
“Sejak dulu sudah begitu, Bu. Tidak bisa berubah”.

Dia dengan kukuh berusaha meyakinkan saya bahwa tidak ada yang bisa diubah. Dia sebenarnya sedang terjebak oleh  kejadian di masa lalu. Takut menentang arus, takut mengulang kegagalan, takut menentang kebiasaan. Takut memulai perubahan.

Salah seorang tokoh yang saya kagumi adalah mantan atasan saya di salah satu perusahaan. Sebut saja namanya Bapak A. Beliau adalah guru saya yang selalu mengajarkan agar saya untuk kreatif, berani melakukan hal baru, dan tidak pernah menyerah. Beliau pindah ke sebuah perusahaan besar lain, sebuah perusahaan asing. Di sana beliau berhasil mencapai jabatan General Manager. Di atas General Manager hanya ada posisi Director. Beliau ingin menjadi Director.

Namun di perusahaan asing ini, sejak berdiri puluhan tahun yang lalu, di seluruh dunia memiliki kebijakan bahwa tidak pernah ada orang lokal yang diangkat untuk menduduki jabatan direktur. Jabatan tertinggi selalu dijabat oleh orang asing. Semua teman dan rekan kerjanya bilang bahwa tidak mungkin bapak A mampu naik lagi. Karirnya dibilang sudah mandeg.

Tapi beliau tidak peduli perkataan orang lain. Beliau tetap menjadikan jabatan direktur sebagai tujuan, meskipun semua orang mengatakan percuma dan usahanya akan sia-sia.  Beliau tetap bekerja sebaik-baiknya, tetap berprestasi. Malah semakin maju dari tahun ke tahun. Prestasinya semakin meningkat karena beliau memiliki komitmen kerja yang sangat tinggi. Beliau menemukan cara untuk meningkatkan penjualan perusahaan secara drastis serta menemukan sistem yang terbukti mampu meningkatkan loyalitas pelanggan.

Hingga suatu hari, apa yang orang lain bilang ‘tidak mungkin’, ternyata menjadi ‘mungkin’. Beliaupun diangkat menjadi Director. Beliau adalah orang lokal pertama yang bisa menjabat posisi Director di perusahaan tersebut di seluruh dunia. Akhirnya orang asing mengakui kemampuan orang lokal. Tak lama kemudian di India juga terdapat orang lokal yang diangkat menjadi Director. Sejarah perusahaan yang sudah berlangsung puluhan tahun, kini berubah. Kini sudah ada beberapa negara di Asia yang dipimpin oleh orang lokal. Kebijakan perusahaan selama puluhan tahun berubah karena seorang bapak A yang memiliki tujuan dan mau berusaha keras untuk mencapainya. Luar biasa!

Seandainya Bapak A tidak pernah punya sasaran yang tinggi, tidak berusaha bekerja sebaik mungkin dan membuktikan kemampuannya, mungkin hingga kini kebiasaan lama tersebut belum berubah di perusahaan itu. Mungkin di seluruh dunia tetap tidak pernah ada orang lokal yang menjabat Director. Jangan menyerah. Never Give Up!

Persiapan dan Perencanaan

Berapa seringnya kita mendengar kata-kata “Fail to Plan is Plan to Fail”, namun betapa seringnya kita justeru melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Di mana-mana, banyak restoran yang tutup setelah buka beberapa bulan karena ternyata sepi pengunjung. Tapi banyak juga restoran baru yang buka dimana-mana dan berhasil.

Kegagalan bisa terjadi. Tapi, jangan berkata, ”Saya tidak jadi buka restoran. Percuma buka restoran, nanti tutup seperti restoran X itu." Benarkah cara berpikir seperti itu? Apakah ada hukum yang mengatur bahwa kita pasti gagal jika ada orang lain yang gagal? Apakah ada aturan seperti itu di negara kita atau di negara lain?

Mari kita ubah cara berpikir kita menjadi, ”Saya akan buka restoran. Tapi saya harus mencari cara agar restoran saya tidak tutup seperti restoran X itu. Saya harus mempelajari mengapa restoran X tutup. Lalu mengapa restoran Y berhasil dan sukses?”

Pelajari.  Lakukan persiapan matang. Buat perencanaan. Tentukan langkah-langkah yang akan dilakukan secara rinci. Ita yang bekerja sebagai penerima tamu berkata bahwa dia ingin pindah ke divisi ekspor dan impor. Keinginan saja tak ada artinya jika tidak ditunjang dengan perencanaan. Ita menyadari bahwa kemampuan bahasa Inggrisnya masih sangat kurang. Ita lalu membuat perencanaan untuk belajar bahasa Inggris dan belajar komputer, karena sebagai resepsionis, dia tidak diberi fasilitas komputer.

Untuk mencapai tujuannya, Ita membuat perencanaan. Dia mengikuti kursus komputer serta mengambil kuliah di jurusan Bahasa Inggris. Dalam pelaksanaannya, Ita akan ikut kursus komputer terlebih dahulu karena perkuliahan baru akan dimulai pertengahan tahun. Menjelang saatnya kuliah dimulai, kursus komputernya pasti sudah tamat. Dia juga akan mempelajari seluk beluk ekspor dan impor dengan bertanya kepada rekan kerja yang lebih memahami. Ita sudah tahu langkah apa yang akan dilakukannya di tahun ini untuk mencapai tujuannya.

If you think you can, you can. Go for it! Be successful in 2016!

___

Lisa Nuryanti adalah Super Mindset Motivator dan Professional Development Consultant

sumber : andriewongso.com

Seni Bicara untuk Negosiasi Bisnis

Kemampuan bicara bisa menjadi senjata ampuh dalam memuluskan negosiasi bisnis. Tapi, di lain sisi, bisa juga malah menjerumuskan. Untuk itu, kebijaksanaan dalam mengelola kemampuan bicara harus kita kuasai agar mampu meraih kesuksesan.

Pada dasarnya, bagaimana kita mengelola kemampuan bicara, bisa menjadi pembeda dalam mencapai keberhasilan bisnis. Bisa jadi, dalam usaha yang dijalankan, kita perlu menjelaskan kelebihan jasa atau produk kita ke sejumlah pihak potensial. Di samping itu, kita harus bisa membedakan yang baik dan yang buruk dalam negosiasi kesepakatan bisnis serta mampu menghindari adu argumentasi yang berlebihan, karena ini bisa membuaut seseorang kehilangan rasionalitas serta bahkan berujung pada kemarahan.

Kemudian, saat berdebat atau berargumentasi, seorang pengusaha juga harus menghindari agar tidak terjebak dalam persaingan tidak perlu. Karenanya, seni berbicara ini tidak boleh didasari dengan pandangan harus memenangkan semua adu pendapat, negosiasi, atau kesepakatan bisnis. Sebab, ada saatnya, kita harus berada pada win-win solutions. Salah satunya, yakni dengan rendah hati menarik diri dari perdebatan daripada membuat pihak lain malu. Karena, bila salah satu pihak kehilangan muka di depan yang lainnya, suatu saat, semuanya justru akan dirugikan.

Ada beberapa hal lain yang juga harus dipahami
untuk meraih kesuksesan dengan kemampuan bicara. Beberapa kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

• Kepada siapa kita berbicara
Bukannya membeda-bedakan, tetapi kita harus bisa selalu menempatkan diri saat harus berbicara dengan orang lain. Misalnya, bicara dengan seorang pimpinan besar perusahaan, tentu berbeda dengan rekan sejawat. Salah satu yang harus selalu diingat dalam seni kemampuan bicara—dengan siapa pun kita berbicara—adalah gunakan bahasa yang sopan dan tunjukkan rasa hormat. Misalnya, jangan mudah memotong pembicaraan orang lain, atau jangan terlalu menguasai pembicaraan. Ada baiknya, saat mengetahui kepada siapa kita berbicara, kita mempersiapkan materi apa saja yang kita sampaikan, sehingga tidak akan terjadi miskomunikasi.

• Apa yang harus kita sampaikan
Setiap yang kita sampaikan ada baiknya selalu dengan persiapan yang matang. Apalagi, jika itu menyangkut negosiasi yang harus kita lakukan. Minimal, untuk mengetahui latar belakang serta maksud dan tujuan dari pembicaraan itu harus kita kuasai. Jangan sungkan untuk bertanya pada orang lain untuk mengetahui topik yang belum terlalu kita kuasai. Sehingga, dengan kesiapan secara menyeluruh, baik bahan pembicaraan maupun apa yang akan kita katakan, kita akan memiliki kepercayaan diri tinggi saat bernegosiasi dengan siapa pun.

• Kapan harus berbicara
Ada saatnya kita perlu diam dan hanya mendengarkan, namun ada kalanya pula kita menunjukkan eksistensi kita saat harus berbicara dengan orang lain. Untuk mengetahui hal ini, kita harus pula belajar untuk tahu waktu. Misalnya, saat orang yang hendak kita ajak negosiasi sedang berada dalam suasana muram, ada baiknya kita tunjukkan simpati. Minimal, dengan tidak menyinggung masalah yang bisa menambah beban pikirannya. Sebaliknya, saat mood sedang bagus, segera ajak bernegosiasi. Untuk mengetahui kapan waktu yang tepat, kita juga perlu menjadi “pengamat” yang sensitif terhadap kondisi orang lain.

• Di mana harus mengatakannya
Hal ini berhubungan dengan situasi dan tempat yang tepat. Tak jarang, sebuah deal bisnis harus diselesaikan di hotel dan ruang mewah yang butuh biaya cukup besar. Tapi, demi kelancaran bisnis, hal tersebut harus dilakukan. Sebab, selain memberi kenyamanan, kerahasiaan juga bisa lebih terjaga.

• Bagaimana mengatakannya
Ada beberapa sikap yang harus kita jaga dalam berbicara dengan orang lain. Selain hormat dan sopan, harus pula dilandasi oleh ketulusan, jauh dari rasa sombong, penuh perhatian, dan sikap positif lainnya. Harus diingat, bahwa lawan bicara biasanya bukan sekadar memperhatikan materi pembicaraan, tapi juga sikap kita. Dan biasanya, bila sudah merasa nyaman dengan sikap, maka banyak pembicaraan bisnis yang berjalan lebih lancar.

• Bersama siapa mengatakannya
Kadang, saat deal bisnis, kita tidak sendirian dan harus mengajak partner. Siapa yang kita ajak itu haruslah sepemikiran kita dan harus pula mampu menempatkan diri. Sebisa mungkin, carilah pasangan yang cepat memuji dan lambat mengkritik. Sehingga, orang yang diajak bicara akan lebih mudah terbuka dengan kita.

Kemampuan bicara sepertinya memang sepele. Namun, “lidahmu adalah pedangmu”. Kemampuan bicara adalah salah satu kunci emas berbisnis. Dengan pemahaman ini, diharapkan kita semua bisa lebih bijaksana dan sukses!

sumber : andriewongso.com

Kepedulian untuk Berbagi

Uang memang penting. Namun, kepedulian untuk berbagi menjadi hal yang akan menjadikan uang jauh lebih berarti.

Bagi sebagian besar orang, pasti setuju mengatakan bahwa uang adalah hal yang penting bagi kehidupan. Meski dalam berbagai taraf dan tingkatan, uang memang kerap menjadi “pembeda” sehingga seseorang dianggap terhormat atau melarat.

Begitu juga dalam hidup bermasyarakat yang kita jalani. Harta memang kerap menjadi status yang dikejar orang, demi mendapatkan kebaikan. Padahal sejatinya, ada yang jauh lebih berharga dan penting daripada sekadar mengejar materi berkelimpahan. Karena itu, ada sebuah kisah menarik yang ingin saya bagikan, untuk menjadi pembelajaran bagi kita. Sebab, jangan sampai kita menjadi orang yang tamak akan uang dan harta.

Suatu ketika, di zaman kerajaan Dinasti Ming, ada seorang saudagar kaya raya. Ia adalah pemilik restoran bernama Hong Liong di daerah Tiongkok sebelah Selatan. Restoran tersebut merupakan salah satu restoran terbaik yang pernah ada pada masa tersebut. Selain rasanya khas, makanannya sangat lezat, dan pelayanannya pun sangat memuaskan siapa saja yang datang ke sana.

Berkat restoran itu pula, sang saudagar menjadi kaya raya. Meski usahanya menjadi berkembang ke berbagai bidang, namun restoran itulah yang menjadi urat nadi usaha yang sangat dijaganya. Karena itu, karena tak memiliki keturunan, di usianya yang sudah makin tua, ia ingin mewariskan usaha itu pada orang terpilih yang nanti akan dipercaya untuk menjalankan usahanya itu. Ia nanti akan menyerahkan usaha itu kepada orang yang terbaik, dengan syarat separuh hasil yang didapat, harus disumbangkan kepada kaum yang tak berpunya.

Beberapa saat sang saudagar memikirkan cara untuk memilih orang tersebut. Hingga, suatu kali, ia tercetus untuk mengundang 80 orang yang dianggap terbaik di daerahnya. Kepada 80 orang tersebut, ia menyajikan hidangan terbaik untuk makan malam di restorannya.

Saat ke-80 orang tersebut berdatangan memenuhi undangannya, banyak wajah-wajah berharap, mereka yang akan terpilih mewarisi kekayaan sang saudagar. Begitu pun sang saudagar, ia berharap bisa memilih orang terbaik yang bisa mewarisi usahanya. Setelah berbasa-basi sejenak, ke-80 orang itu lantas dipersilakan duduk untuk menyantap hidangan makan malam.

Uniknya, ada 20 meja kotak yang disediakan, dengan sumpit panjang di masing-masing meja. Karena itu, saat mulai dipersilakan makan, hampir semua orang yang sudah tak sabar merasakan kelezatan makanan dari restoran sangat terkenal itu pun kerepotan.

Sang saudagar lantas berkeliling ke semua meja makan tersebut, sembari mempersilakan 80 tamunya makan. Ia berkeliling dari meja pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Tampak wajah sang saudagar sedih. Ia melihat hingga meja ke-19 tak ada satu pun yang berhasil menyantap makanan yang dihidangkan dengan nikmat. Hingga akhirnya, tepat di meja ke-20, saudagar pun tersenyum. Di meja tersebut, empat orang tampak menikmati hidangan dengan satu sama lain saling menyuapi. Memang, sumpit yang disediakan tergolong panjang sehingga bisa membuat mereka menyuapi orang di seberangnya, dan sebaliknya. Maka, hingga acara hampir selesai, hanya mereka berempatlah yang kenyang. Sementara, yang lain tak bisa menikmati hidangan karena berusaha sendiri-sendiri untuk segera menyantap makanan lezat tersebut.

Sahabat luar biasa,

Kisah tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa untuk bisa meraih sesuatu, kita seharusnya memulai dengan “melayani”. Kita tak boleh serakah, tamak, atau hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. Seperti yang tergambar dalam kisah tersebut, hanya mereka yang mau “berkorban” dengan memberi makanan kepada yang lain, maka ia yang akan bisa ikut makan dengan kenyang. Sementara, orang lain sibuk mencari cara bagaimana bisa segera menyantap hidangan, justru kerepotan karena tak tahu “cara” yang tepat untuk memakan hidangan tersebut.

Kisah di atas juga bisa menjadi pengingat bagi kita, bahwa untuk meraih apa yang kita inginkan—termasuk harta dan uang—jangan biarkan kita “terbuai” oleh godaan yang akhirnya malah menjerumuskan ke lubang penyesalan. Sudah kita dapati, begitu banyak orang yang menjadi sumber berita karena kelakuannya. Mulai dari korupsi, hingga berbagai hal lain yang intinya, menjadikan harta sebagai hal yang utama.

Saya pribadi menilai, uang dan harta memang penting. Namun, ada banyak hal penting lain yang juga harus menjadi perhatian utama kita. Bagaimana kita bersikap, bagaimana kita membantu orang lain, bagaimana kita menemukan keseimbangan dalam hidup, sehingga kebahagiaan bisa kita peroleh. Harta adalah sarana. Kita adalah manusia. Karena itu, mari jadikan “sarana” tersebut sebagai bagian dari kehidupan kita, namun jangan sampai menjadikannya sebagai hal yang membelenggu kita.

Mari, jadikan hidup lebih berarti. Dengan mau peduli dan berbagi, harta dan uang kita akan jauh lebih memiliki arti.

sumber : andrie wongso.com

Bagai Mendapat Durian Runtuh

Alkisah, ada dua orang pemuda desa yang ingin mengadu nasib ke kota. Dua sahabat itu meski berteman sejak kecil, namun perangainya cukup berkebalikan. Yang satunya adalah seorang pekerja keras, yang satu lagi sering mengandalkan bantuan orang lain. Kelebihannya hanyalah pandai bergaul, sehingga ia banyak disukai orang. Sementara sahabat satunya adalah orang yang cenderung bekerja dalam diam.

Meski begitu, keduanya tetap saling mendukung satu sama lain. Maka, ketika berdua ingin mengubah nasib di kota, mereka pun berjanji untuk saling menjaga satu sama lain.

Suatu kali, di tengah perjalanan yang harus melewati hutan belantara, mereka pun istirahat sejenak di bawah pohon yang rindang. Mereka bercengkerama dan saling berkisah tentang cita-cita mereka kelak saat bekerja di kota nanti. Namun, di tengah keasyikan obrolan, terdengar suara orang minta tolong. Mereka kaget, ada suara lemah minta tolong di tengah hutan yang cenderung sepi.

Sedikit ketakutan, mereka berdua pun mencari sumber suara tersebut. Pelan-pelan, mereka mendekati suara minta tolong yang terdengar seperti rintihan. Setelah berjalan beberapa langkah, mereka dikejutkan oleh sebuah lubang menganga besar di tengah hutan. Mereka pun melongok ke dalam, sumber di mana suara minta tolong tadi berasal.

Di dalam lubang, ternyata ada seorang pemuda yang terkulai. Ia rupanya terjatuh ke dalam lubang jebakan yang biasanya dipasang untuk menjebak binatang hutan. Maka, kedua sahabat itu pun bergegas mencari akar-akar di hutan untuk dijalin menjadi tali guna menyelamatkan si pemuda dari dasar lubang. Cukup lama mereka berusaha membantu si pemuda. Sebab, lubang yang menganga cukup dalam. Saat sore menjelang, si pemuda baru berhasil dikeluarkan dari dalam lubang.

Berhati-hati, mereka membantu memberikan pertolongan pertama pada si pemuda. Setelah memberinya cukup minum dan makanan ala kadarnya, barulah si pemuda sadar, meski belum pulih sepenuhnya.

“Terima kasih kalian telah menolongku. Mungkin kalau tak ada kalian, hidupku sudah berakhir di lubang tadi. Sebagai ungkapan rasa terima kasihku, maukah kalian menemaniku untuk menerima sedikit ucapan terima kasih di kota nanti?” ujar si pemuda.

"Sudahlah, kami sudah senang bisa membantumu selamat dari lubang tadi. Kami akan tetap mengantarmu ke kota, karena memang tujuan kami ke sana,” ujar Lao, si pemuda yang mudah bergaul.

Maka, tak menunggu lama, menjelang gelap, mereka sudah keluar dari hutan itu untuk menuju ke kota. Sembari berjalan perlahan, mereka bertiga pun terlibat percakapan. “Mengapa kalian berdua pergi ke kota? Hendak ke manakah kalian sebenarnya?” tanya si pemuda.

Xiao, pemuda yang giat bekerja menjawab,”Kami hanyalah pemuda desa yang ingin mengubah nasib ke kota.”
“Wah, kebetulan sekali. Ikutlah kalian denganku. Ayahku pasti akan mau membantu orang yang sudah menolongku,” sebut si pemuda.

Tiba di kota, ternyata si pemuda adalah anak seorang saudagar kaya raya. Kegemarannya berburu binatang di hutan. Karena itulah, ia sempat terjatuh ke lubang di hutan, hingga ditolong kedua pemuda desa, Lao dan Xiao. Rupanya, adalah keberuntungan amat besar bagi Lao dan Xiao, karena ternyata mereka telah menyelamatkan anak orang terpandang di kota tersebut. Sehingga, tak perlu waktu lama, mereka pun mendapatkan pekerjaan dan upah yang layak dengan bekerja kepada ayah si pemuda.

Hari berganti, tahun pun berlalu. Lao dan Xiao telah dianggap menjadi keluarga sendiri oleh sang saudagar. Lao yang pandai bergaul, pintar mengambil hati keluarga tersebut, terutama si pemuda anak mereka, sehingga ke mana-mana selalu berdua. Sayang, pekerjaan mereka berdua hanya sering bermain-main dan bersenang-senang. Sebaliknya, Xiao yang cenderung pendiam namun tekun bekerja, makin dipercaya untuk menangani urusan-urusan bisnis keluarga tersebut.

Melihat kondisi tersebut, sang saudagar ingin memberi pelajaran kepada anaknya. “Anakku, suatu saat nanti kamu sebagai anak tunggal akan jadi pewaris usahaku. Karena itu, aku ingin kamu memilih orang kepercayaan yang bisa kamu andalkan. Nah, sebelum nanti kamu aku berikan tanggung jawab mengurus usaha ini, kamu harus aku uji. Ada satu usaha keluarga di pelabuhan sana yang butuh untuk diperbaiki. Tugasmu, sekarang coba benahi usaha tersebut. Pilih antara Lao atau Xiao untuk membantumu. Jika berhasil, semua usaha ini akan aku wariskan kepadamu. Sebaliknya, jika gagal, aku akan memberikan usaha ini kepada orang lain yang aku rasa paling tepat untuk meneruskan usaha ini. Aku berikan waktu hingga satu tahun!”

Karena lebih akrab dengan Lao, si pemuda pun memilihnya untuk mendampingi tugas tersebut. Bulan pun berlalu. Karena keduanya hanya sering bermain-main, maka bukannya jadi lebih baik, usaha tersebut malah makin parah kondisinya. Maka, saat setahun berlalu, keduanya pun gagal. Mereka pun menghadap sang saudagar dengan wajah tertunduk malu.

“Wahai anakku, kamu telah gagal memenuhi tugasku. Ketahuilah, kamu itu seperti mendapat 'durian runtuh', punya ayah sukses kamu tinggal meneruskan. Begitu juga dengan Lao, mendapat kepercayaan tapi tidak dijalankan dengan baik. Keberuntungan memang kerap datang, tapi bisa jadi 'durian runtuh' itu tak akan datang dua kali. Hanya mereka yang mau berusaha dan bekerja lebih keras, maka keberuntungan-keberuntungan lain akan menghampiri."

Saudagar itu melanjutkan, "Contohlah Xiao, meski pendiam, namun dia pekerja keras. Aku melihat potensi pada dirinya. Kali ini, kamu aku maafkan. Namun dengan syarat, kamu dan Lao harus belajar pada Xiao, bagaimana bekerja keras untuk bisa menciptakan keberuntungan-keberuntungan lain dalam hidupmu!”

Sahabat Luar Biasa,

Memang banyak orang yang seolah-olah mendapat keberuntungan yang tiba-tiba. Namun, jika ia hanya terus berharap datangnya keberuntungan tanpa mau bekerja keras, jangan harap keberuntungan itu akan datang seterusnya. Laksana mendapat "durian runtuh", bisa jadi durian itu tak akan runtuh lagi.

Maka, saat durian runtuh sudah didapat, coba untuk mengolah durian itu menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Begitu juga saat mendapatkan keberuntungan. Jangan tenggelam dalam kesenangan. Tapi, jadikan itu sebagai “batu loncatan” untuk bekerja lebih giat dan tekun lagi. Dengan begitu, tanpa terasa, apa yang dirasa sebagai keberuntungan-keberuntungan lain, akan terus mendatangi.

Terus berkarya, terus bekerja.

sumber : andriewongso.com

Daun di Musim Gugur

Pada suatu pagi hari di sebuah musim gugur, tampak seorang anak bekerja menyapu halaman luar sebuah asrama. Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ tampak berguguran daunnya. Walaupun bekerja dengan rajin dan teliti menyapu dedaunan yang rontok, tetap saja halaman dikotori dengan ranting dan daun.

"Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan giat setiap hari tetap saja besok kotor lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku tidak harus bekerja terlalu keras setiap hari?" Sambil masih memegang sapu, si anak sibuk memutar otak memikirkan cara yang jitu.

Kepala asrama yang melintas di situ menghampiri dan menyapa, "Selamat pagi Anakku, kenapa kamu melamun? Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?"

"Eh, selamat pagi, Paman. Saya sedang berpikir mencari cara bagaimana supaya halaman ini tetap bersih tanpa harus menyapunya setiap hari. Dengan begitu kan saya bisa mengerjakan yang lain dan tidak harus melulu menyapu seperti sekarang ini."

Sambil tersenyum si paman menjawab, "Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan setiap pohon agar daunnya jatuh lebih banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak daun yang gugur, paling tidak besok daunnya tidak mengotori halaman dan kamu tidak perlu menyapu.."

"Wah ide paman hebat sekali!" Segera dia berlari mendekat ke batang pohon dan menggoyang-goyangkan sekuat tenaga. Semua pohon diperlakukan sama, dengan harapan, setidaknya besok dia tidak perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa istirahat satu hari tidak bekerja," katanya dalam hati dengan gembira.

Malam hari si anak pun tidur dengan nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan harinya, cepat-cepat dia berlari keluar kamar. Seketika harapannya berubah kecewa saat melihat halaman yang kembali dipenuhi dengan rontokan daun-daun. Saat itu pula paman sedang ada di luar dan memperhatikan ulahnya sambil berkata " Anakku, musim gugur adalah fenomena alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja keras menyapu daun-daun yang rontok, esok hari akan tetap ada daun-daun yang rontok untuk dibersihkan, Kita tidak bisa merubah kondisi alam sesuai dengan kemauan kita. Daun yang harus rontok, tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok. Maka jangan kecewa karena harus bekerja setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan hati yang senang, setuju?" Sang kepala asrama memberikan sebuah pelajaran hidup yang begitu berarti.

"Setuju, Paman. Terima kasih atas pelajarannya," segera anak itu berlari menghampiri sapunya.

Pembaca yang budiman,

Kalau kita bekerja dengan suasana hati yang tidak gembira , maka semua pekerjaan yang kita lakukan akan terasa berat dan mudah timbul perasaaan bosan. pepatah bijak mengatakan, selesaikan pekerjaaan hari ini dengan baik, besok masih ada pekerjaan baru yang harus diselesaikan. Kalau kita telah mampu menikmati setiap pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan dan setiap besok menjadi harapan yang menggairahkan. Sehingga kita boleh dengan bangga mengatakan bahwa "bekerja adalah ibadah."

sumber : andriewongso.com

The Power of Smile

Apabila kita melihat dua orang yang kita kenal berjalan menghampiri kita, lalu saat berpapasan orang pertama tersebut memasang muka datar seakan-akan ia tidak melihat kita ada di dekatnya dan orang kedua memasang muka ceria dengan senyumnya yang manis lalu menganggukkan kepalanya kepada kita. Dari kedua orang tersebut manakah yang akan Anda sapa? Pasti semuanya menjawab orang yang kedua. Karena orang kedua memberikan senyuman yang ceria kepada kita dan otomatis menyejukkan hati kita.

Contoh lainnya, ada dua orang pedagang dipasar yang menjual kue basah. Pedagang pertama saat kedatangan pembeli tidak memberikan senyuman sama sekali dan hanya membiarkan pembeli tersebut memilih barang dagangannya sendiri. Lalu saat pembeli tersebut tidak sengaja menengok pedagang di toko sebelah, dan pedagang toko sebelah itu juga tidak sengaja menengok dan tersenyum manis kepada pembeli tersebut. Langsung si pembeli tersebut meninggalkan toko pedagang pertama dan pindah ke toko si pedagang kedua yang memberikan senyuman manis itu. Pembeli tersebut merasa sudah disambut dengan ramah walaupun ia belum masuk ke toko pedagang kedua. Dari cerita di atas kita bisa lihat dampak dari sebuah senyuman bisa mengubah sikap seseorang pada sesuatu. Maka ada kalimat, "Jika tidak bisa senyum, jangan buka toko!"

Senyuman adalah sesuatu yang terindah bagi siapa saja yang mendapatkannya, karena senyum merupakan ekspresi dari hati atas kesenangan atau kegembiraan yang dirasakan sang pemilik senyum itu sendiri. Berbagi senyuman sama juga dengan berbagi kebahagiaan kepada orang yang menerimanya. Sebuah senyuman dapat menjadikan keadaan kita menjadi lebih baik. Dari yang tadinya sedih menjadi senang, dari murung menjadi ceria. Sebuah senyuman bisa membuat setiap detik yang berjalan terasa lebih bermakna, kita dapat merasakan bagaimana indahnya hidup ini dengan senyuman dan betapa buruknya hidup ini tanpa sebuah senyuman. Sebuah senyuman juga bisa meredakan ketegangan serta membuat lawan menjadi kawan. Tersenyumlah dan dunia akan membalas senyumanmu!

Kita tidak bisa membaca suasana hati dan perasaan seseorang yang kita jumpai, maka dari itu kita sudah seharusnya tersenyum pada tiap orang yang kita jumpai. Karena mungkin senyuman kita akan menjadi sangat bermaka bagi mereka yang menerimanya. Saat bertemu orang-orang yang bekerja menjadi satpam, penjaga pintu masuk di mall, penjaga karcis tol kita harus membiasakan memberikan senyuman kepada mereka. Mengapa? Karena sebuah senyuman dapat memiliki beribu arti bagi orang yang menerimanya. Mereka dapat merasa lebih dihargai, lebih dihormati, dll.

Ada berapa banyak orang yang memberikan senyuman kepada orang-orang seperti mereka? Jumlahnya bisa dihitung oleh jari. Apakah kita hanya memberikan sebuah senyuman kepada mereka yang berpangkat tinggi? Atau kepada mereka yang memiliki harta banyak? Bayangkan bila kita berada di posisi orang-orang sulit seperti mereka yang harus menjalani hidup lebih keras dibanding kita, lelah dan letih akibat bekerja seharian melayani orang yang keluar-masuk dengan wajah datar dan jutek. Tiba-tiba ada seseorang yang datang dengan memberikan senyuman manis dan berkata, "Terima kasih, Pak/Bu." Begitu senang dan sejuk rasanya mendapat senyuman kecil itu. Sebuah senyuman kecil dapat menghancurkan es beku yang keras. Artinya suasana hati seseorang yang sedang marah/tidak baik dapat membaik hanya dengan sebuah senyuman kecil yang kadang orang kira tidak ada artinya.

"Tersenyumlah dengan HATImu, dan kau akan mengetahui betapa dahsyat dampak yang ditimbulkan dari senyuman itu!"

Begitu juga dalam menghadapi masalah seberat apapun dalam hidup ini; janganlah menyelesaikannya dengan emosi yang berlebihan, menyalahkan keadaan atau menyalahkan orang lain. Dengan sebuah senyuman, kita bisa mengurangi beban dalam pikiran atau perasaan kita. Tersenyumlah dan ucapkan, "Masalah tidak akan menghancurkan senyumanku tapi senyuman inilah yang akan mengatasi masalahku."

"Setiap menit kita marah, berarti kita telah kehilangan 60 detik kebahagiaan."

Jadi, mulai sekarang awali hari kita dengan sebuah senyuman dan akhiri hari kita dengan sebuah senyuman. Maka hidup akan terlihat begitu indah.

sumber : andriewongso.com

Ketahui Batasan Diri

Tidak semua hal bisa kita lakukan sendiri—sebab kita tercipta sebagai makhluk sosial, yakni makhluk yang saling melengkapi satu sama lain. Dan ada baiknya juga, kita tidak terlalu memaksakan sesuatu yang memang belum saatnya kita dapatkan.

Beberapa saran saya:

1. Kenali kemampuan yang bisa kita maksimalkan.
Dengan mengenali potensi terbaik sesuai kemampuan, maka kita bisa fokus pada kekuatan diri.

2. Ketahui batasan dalam diri.
Ada kalanya kita harus “menyerah”, tapi bukan untuk kalah. Melainkan, mengumpulkan kembali tenaga & kekuatan agar esok lebih baik lagi.

3. Sadari ada orang lain yang bisa menjadi sinergi.
Satu sama lain pasti memiliki kelebihan masing-masing. Maka, sinergi akan jauh lebih baik dibandingkan kompetisi yang saling menjatuhkan.

4. Sukses bukan milik kita semata!
Saat sukses di tangan, sadari bahwa banyak peran orang lain yang membantu kita. Kesadaran tersebut akan membuat kita selalu mampu bersyukur dan tetap berbuat maksimal untuk sekeliling kita.

sumber : andriewongso.com

Akibat Memelihara Sikap Negatif

Alkisah di lereng barat sebuah pegunungan, tumbuh sebatang pohon Sequoia yang sangat tinggi dan besar. Tingginya yang menjulang ke langit, membuat Sequoia termasuk pohon terbesar dan tertinggi di dunia. Umurnya pun tergolong sangat panjang. Meski menghadapi berbagai amukan ganas alam semesta—banjir, badai dan kekeringan—tapi pohon itu masih tetap tegak dan kokoh berdiri.

Namun beberapa tahun yang lalu, seekor kumbang kecil mulai membenamkan diri ke dalam kulit pohon Sequoia untuk bertelur. Mula-mula peristiwa ini tampak sangat kecil dan tak berarti, namun dengan segera, jumlah kumbang tersebut menjadi berlipat ganda. Mula-mula beratus-ratus, kemudian beribu-ribu, dan akhirnya berjuta-juta. Semula mereka hanya menggerogoti kulit kayu, tapi kemudian makin dalam dan semakin dalam lagi sehingga berhasil menembus batangnya, bahkan akhirnya kumbang-kumbang itu berhasil memakan inti batang pohon raksasa tersebut.

Pada suatu hari, hujan turun dengan sangat deras disertai angin kencang. Dan ketika halilintar menyambarnya, pohon Sequoia raksasa yang hebat itu pun roboh. Ia tumbang lebih karena pengaruh yang melemahkan dirinya, yakni dari kumbang-kumbang kecil yang begitu banyak jumlahnya, yang telah menggerogotinya secara perlahan-lahan.

Sahabat luar biasa,

Kisah di atas persis sama dengan pengaruh kebiasaan buruk terhadap manusia. Secara perlahan tapi pasti, suatu kebiasaan buruk akan menggerogoti manusia, sampai pada suatu saat—sebagaimana Sequoia—ia pun pasti roboh.

Mari, tetap konsisten berpikir dan bertindak positif (optimis, rajin, disiplin, jujur, dll). Jika muncul sedikit saja sikap negatif, segera basmi!
Semoga bisa membuat kualitas hidup kita semakin baik pula.

sumber : andriewongso.com

Belajar dari Kisah Tawon dan Elang

Di pagi yang cerah, di antara rindangnya pepohonan, tampak seekor burung elang sedang bermalas-malasan beristirahat di dahan sebatang pohon. Selama beberapa hari burung elang berulang kali hinggap di dahan pohon yang sama karena tertarik mengamati kegiatan segerombolan tawon (lebah) yang terlihat sibuk bekerja bersama-sama membuat sarang yang berjuntai di dahan sebatang pohon.

Tampak seekor tawon sebentar terbang hinggap di antara bunga-bunga hutan yang mekar, mengisap sari madu, dan terbang kembali ke dahan memberikan sari madu ke sarangnya, dan begitu seterusnya. Burung elang dengan tidak sabar menegur seekor tawon yang sedang terbang di dekatnya, "Hai tawon kecil, kamu sibuk terbang dari satu bunga ke tempat sarangmu, memangnya apa yang sedang kamu kerjakan?"

Tawon pun menjawab: "Aku dan kawan-kawan sedang membuat sarang."

"Untuk apa kalian repot membuat sarang sebesar itu? Umur tawon kan sangat pendek. Sudahlah..., tidak perlu susah-susah bekerja! Santai-santai saja dan nikmati kehidupanmu yang singkat itu." Demikian burung elang menasihati si tawon.

"Umurku memang tidak sepanjang umurmu burung elang. Tapi justru karena pendeknya waktu yang aku punya, aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Aku harus bekerja giat dan lebih rajin agar sarang kami bisa selesai sesingkat umur kami," jawab tawon.

"Untuk apa sarangmu harus diselesaikan cepat-cepat, toh kamu akan segera mati," elang menanggapi dengan cepat. "Maka, kamu pun tidak bisa menikmati sarang yang telah dibuat dengan susah payah."

"Hahaha, tuan elang yang gagah dan berumur panjang, kasihan sekali caramu berpikir. Justru umur kami yang singkat inilah yang harus kami hargai dengan sungguh-sungguh. Kami memang makhluk kecil dan berumur pendek tetapi kami bangga dan bahagia karena bisa berarti bagi makhluk lain yaitu dengan memberi semua hasil kerja keras yang telah dilakukan seumur hidup kami. Itulah arti keberadaan kami," pungkas tawon kecil sambil terbang berlalu.

Mendengar ucapan tawon kecil, si burung elang terdiam. Ia tidak mampu berkata-kata lagi dan bersombong diri. Ternyata di balik penampilan makhluk yang kecil dan berumur pendek, kehidupan mereka pun memiliki arti tersendiri.

Pembaca yang luar biasa,

Seberapa pun panjang dan pendeknya sebuah kehidupan, itu adalah misteri alam yang maha kuasa. Sebagai manusia, kita tidak pernah tahu kapan waktu kita akan berakhir. Tetapi jika di setiap penggal waktu yang kita punya, kita punya dedikasi untuk melakukan yang terbaik serta mampu bertanggung jawab atas kehidupan kita sendiri (apalagi juga bermanfaat bagi orang lain) niscaya tiap hari yang kita jalani adalah hari yang penuh gairah, gembira, optimis, produktif, dan dinamis!

sumber : andriewongso.com

4 Trik Jitu Untuk Menerapkan Auto Sugesti

Alam bawah sadar ibarat ladang yang bisa ditanami apa saja. Supaya tanamannya bermanfaat, tumbuhkan sugesti positif di dalamnya.

Sugesti sudah jamak diterapkan di berbagai kehidupan untuk pencapaian tertentu karena manfaat positifnya. Menurut Wikipedia, sugesti adalah proses psikologis di mana seseorang membimbing pikiran, perasaan, atau perilaku orang lain. Definisi lain menyebutkan, sugesti adalah kekuatan atau kemampuan mempengaruhi pikiran seseorang. Yang paling sering dibicarakan adalah sugesti di bidang pemasaran, kedokteran, dan pengembangan diri.

Di bidang kedokteran misalnya, tenaga medis bisa memberikan sugesti pada pasien agar rasa sakit yang dideritanya berkurang.

Untuk bidang pengembangan diri, pada peneliti melaporkan bahwa “perasaan spesial” yang dirasakan seseorang sebenarnya termasuk sugestif. Dengan perasaan tersebut, ia bisa bekerja lebih keras dan bisa bekerja lebih lama. Bahkan menurut penelitian terakhir, setiap prestasi pasti mendapat dorongan kuat dari sugesti dan besarnya harapan. Sehingga dengan mengendalikan sugesti dan tetap menancapkan suatu harapan, seseorang bisa terpicu untuk bekerja optimal agar meraih impiannya, menemukan jalan keluar dari kondisi sulit yang dihadapi, atau keinginan lain.

Nah, seperti apa sugesti yang bisa kita terapkan dan bagaimana caranya? Salah satunya adalah autosugesti. Saran ini sebenarnya merupakan tips lama yang dikembangkan para ahli. Di antaranya apa yang dikemukakan Napoleon Hill dalam buku larisnya, Think and Grow Rich.  Buku ini mengarahkan pembacanya bagaimana supaya menjadi kaya. Di antara bab-babnya terselip bab khusus mengenai autosugesti.

Menurut Napoleon Hill autosugesti adalah semua jenis sugesti dan rangsangan yang timbul dari dalam diri sendiri, yang akan merasuk ke dalam pikiran melalui kelima pancaindra. Dengan kata lain autosugesti merupakan sugesti yang timbul dari dalam diri sendiri. Tak satu pun pikiran (positif atau negatif) masuk ke alam bawah sadar kita tanpa bantuan autosugesti. Semua sensasi yang kita rasakan melalui kelima pancaindra kita akan diseleksi dulu oleh pikiran sadar, sebelum diteruskan ke pikiran bawah sadar atau ditolak. Sensasi-sensasi itulah yang akan tumbuh di alam bawah sadar.

Alam bawah sadar ibarat lahan subur yang akan ditumbuhi alang-alang atau tanaman lain yang tidak dikehendaki. Tetapi melalui autosugesti, kita bisa menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat dan menguntungkan. Oleh karena itu autosugesti menjadi alat kendali agar pikiran bawah sadar kita diisi oleh pikiran-pikiran kreatif.

Berikut 4 tips jitu untuk membuat autosugesti:

1. Tentukan apa yang kita inginkan.
Buatlah keinginan dengan kalimat pendek dan positif. Kemudian baca keras-keras keinginan tersebut. Lakukan ini setidaknya sehari sekali di tempat tersembunyi. Hanya saja, sesering apa pun kita melakukannya, tanpa disertai emosi, pembacaan berulang-ulang itu tak akan sampai (terekam) ke pikiran bawah sadar.

Karena itu bacalah dengan penuh perasaan, seperti perasaan betapa menyenangkannya saat kita mendapatkannya dan penuh keyakinan bahwa kita mampu meraihnya. Pikiran bawah sadar hanya akan mengenali dan menindaklanjuti pikiran-pikiran yang dilandasi emosi dan penghayatan. Karena masalah emosi inilah kadang sesuatu yang mau kita lupakan, seperti sakit hati, patah hati, dan sebagainya, mudah masuk ke alam bawah sadar karena emosinya begitu kuat.

2. Konsentrasi
Keberhasilan kita menerapkan prinsip autosugesti pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan kita berkonsentrasi penuh atau memusatkan pikiran pada sebuah keinginan hingga keinginan itu berubah menjadi obsesi yang hebat. Misalnya, jika kita ingin uang, maka tentukan jumlah uang yang diinginkan dan harus diperoleh dalam waktu berapa lama. Lalu konsentrasi, pejamkan mata, dan bayangkan jumlah uang itu sebaik-baiknya hingga tumpukan uang itu benar-benar kelihatan dan tampak nyata bahkan kita bisa menyentuhnya.

Bapak Motivasi Napoleon Hill, dalam bukunya, pernah memberikan contoh tentang seorang sales yang ingin meraih uang sebanyak US$100.000 dalam lima tahun ke depan. Karena merasa yakin ia mampu meraihnya, maka alam bawah sadar dengan sendirinya akan menyodorkan alternatif-alternatif yang harus dilakukan. Jika ia mengikuti langkah-langkah itu, pelan-pelan jalan menuju perolehan US$100.000 akan tercapai. Mungkin tahap awal hanya mampu mendapat uang tak seberapa dibanding keinginan yang diharapkannya. Tetapi dalam tahapan berikutnya langkah-langkah yang harus ditempuh akan bermunculan dan alam sepertinya akan menyediakan pendukungnya setahap demi setahap. Tanpa keyakinan, alternatif-alternatif itu tak akan muncul.

3. Imajinasi
Serahkan pikiran-pikiran kita pada imajinasi kita. Tak perlu menunggu sampai rencana itu benar-benar gamblang atau jelas. Cukup bayangkan keinginan itu dengan keyakinan bulat bahwa kita bisa menggapainya, sambil berharap pikiran bawah sadar akan segera memberikan langkah apa yang harus dilakukan.

Pada awalnya mungkin abstrak. Bisa juga muncul sekilas dalam pikiran kita berupa inspirasi atau ilham. Begitu datang, segera laksanakan!

4. Pasang gambar
Untuk mempercepat autosugesti, buat gambar atau tulisan mengenai keinginan itu dan tempel di suatu tempat yang setiap saat bisa dilihat. Mungkin di ruang kerja, bisa juga di kamar, sehingga ketika bangun tidur atau menjelang tidur kita akan teringatkan dengan bentuk keinginan itu. “Pemaksaan” ini lama-lama akan masuk ke alam bawah sadar dan menjadi sugesti.

Autosugesti bisa diterapkan untuk keinginan apa saja. Tapi untuk mencapainya perlu “bahan” yang ditanam di alam bawah sadar. Alam bawah sadar diisi dengan rekaman yang diyakini pikiran dari hasil kerja pancaindra. Menurut sejumlah ahli, kehidupan seseorang ditentukan oleh alam sadar sebanyak 12% dan alam bawah sadar sebanyak 88%. Dari sini terlihat betapa berperan pentingnya alam bawah sadar. Karena itu, supaya isinya positif, biasakan diri berpikiran positif!

sumber : andriewongso.com

Sukses di Usia Berapa Pun

Tak pernah ada kata terlalu dini, atau bahkan terlambat, untuk mulai bermimpi dan berusaha menggapainya.

Jika Anda punya pandangan bahwa mimpi untuk menjadi sukses adalah haknya anak-anak muda yang masih produktif di bawah usia tiga puluh tahun, maka pandangan seperti itu adalah salah. Sebab, setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi sukses di usia berapa pun. Setiap orang memiliki pilihan, untuk bergerak dinamis di usianya saat ini, atau menghabiskan waktu hanya dengan bersantai-santai saja, atau merenungi nasib buruk.

Beberapa hal ini bisa membuat Anda yakin, bahwa memulai mimpi di usia berapa pun—termasuk usia yang sudah tidak muda lagi—justru membantu Anda menjadi manusia yang dinamis, dan tidak tergantung pada orang lain:

1. Mulai untuk fokus

Fokus diperlukan untuk apa saja yang ingin Anda lakukan. Mulailah untuk mengerucutkan mimpi. Misalnya, Anda punya mimpi untuk melanjutkan sekolah lagi, maka mulailah memilih sekolah yang tepat dan lingkungan yang mendukung Anda. Dengan begitu Anda terpacu untuk belajar, bukan malah terbebani. Jika Anda ingin mulai usaha sebagai peternak ikan, mulailah untuk belajar pada ahlinya. Atau bisa mempelajari dengan terjun langsung. Miliki lahan kecil dahulu, lalu mulai dari jumlah ikan yang tidak banyak terlebih dahulu.

Tentukan satu mimpi saja. Tujuannya agar Anda bisa melangkah dengan tenang, tanpa beban untuk mewujudkannya.

2. Semua orang butuh penyemangat

Semua orang yang pernah merasakan memulai mimpi, pernah merasakan putus asa, bahkan dihinggapi kegagalan. Ketika Anda mencoba fokus (misalnya dalam pendidikan) tetapi di tengah jalan Anda merasa letih dan merasa tidak kuat, coba renungkan. Apakah ini benar-benar mimpi yang ingin Anda wujudkan? Lalu untuk siapa mimpi itu harus Anda wujudkan? Faktor “untuk siapa” ini, yang akhirnya sering menjadi pendorong orang lanjut usia terus bergerak melangkah.

Mimpi untuk diri sendiri mungkin akan meletihkan, tetapi jika tujuan mewujudkan mimpi itu untuk (contoh) anak dan cucu Anda, dan untuk orang di sekeliling Anda, pasti Anda akan merasa senang menjalaninya.

3. Anda sudah paham kehidupan

Salah satu kelebihan orang usia dewasa ingin memulai mimpi adalah, mereka sudah paham kehidupan. Banyak makan asam garam kehidupan. Jadi jika ada kegagalan menerjang, mereka akan memahaminya dengan lebih bijaksana, ketimbang anak-anak muda. Mereka juga mengenal orang lain lebih banyak ketimbang anak-anak muda, dan lebih sabar memahaminya. Ini poin penting yang sesungguhnya akan membuat mimpi Anda mudah terwujud.

4. Kapan Lagi?

Jika tidak Anda lakukan sekarang, kapan lagi Anda bisa mewujudkan mimpi Anda? Membandingkan dengan kehidupan orang lain, hanya akan membuat Anda maju mundur dan akhirnya tidak jadi mewujudkan mimpi itu.

Sepuluh tahun ke depan, Anda akan tambah tua. Tapi jika dari sekarang Anda mulai mewujudkan mimpi Anda, sepuluh tahun ke depan, Anda akan tetap bertambah tua, tapi bertambah juga pemahaman dan pengalaman Anda tentang hidup. Betul, ‘kan? Sukses selalu untuk Anda! Selamat berjuang!

sumber : andriewongso.com

Kesetiaan, Kualitas Karakter yang Berharga

Sama seperti komitmen, kesetiaan adalah kualitas karakter yang sangat dibutuhkan oleh semua orang. Tak akan pernah ada kesuksesan sejati yang dapat diraih, tanpa adanya karakter yang kuat. Dan dari semua karakter yang menjadi syarat keberhasilan, yang paling menentukan adalah: komitmen dan kesetiaan. Dari komitmen dan kesetiaanlah, akan lahir KETEKUNAN, KEULETAN, KEPATUHAN, KEGIGIHAN dan sikap DISIPLIN.

Menilik kisah para samurai di masa lalu, mereka bahkan meletakkan loyalitas atau kesetiaan di atas segalanya, termasuk di atas nyawa mereka sendiri. Karena bagi seorang samurai, gagal dalam soal kesetiaan, berarti hilangnya kehormatan. Dan seorang samurai yang hidup tanpa kehormatan, akan memilih mati.

Hingga masa sekarang pun, peran penting kesetiaan bagi sebuah keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi dan lebih-lebih dalam hubungan bermasyarakat, terbukti nyata di depan kita. Banyak hubungan yang hancur akibat ketidaksetiaan. Keluarga, persahabatan, karier, hubungan bisnis, termasuk organisasi dapat terpecah-belah akibat ketidaksetiaan.

Begitu pula halnya dengan kesetiaan pada diri sendiri; betapa banyak kegagalan yang diakibatkan oleh ketidaksetiaan seseorang pada niatnya semula? Berapa sering kita tak setia pada tujuan atau visi yang semula kita tetapkan, hanya karena keadaannya tak semanis dan semulus yang kita duga? Atau betapa banyak individu yang tergoda untuk menghentikan usahanya, hanya gara-gara menemui hambatan-hambatan sepele? Poinnya adalah, semua itu menunjukkan kurangnya rasa setia. Padahal, PENDIDIKAN dan PENGETAHUAN hanya dapat menunjukan sasarannya, sementara KEAHLIAN dan KETERAMPILAN hanya mengajarkan caranya, akan tetapi SIKAP MENTAL kitalah yang menyukseskannya.

Kesetiaan, bagi saya pribadi, termasuk ketetapan hati yang dilandasi dengan keteguhan pada tujuan, serta ketekunan dalam menghadapi tekanan. Kesetiaan yang seperti ini bukanlah sikap yang statis, dan juga bukan berarti sikap pasrah tanpa daya. Tapi merupakan kunci untuk meraih sukses.

Dalam kisah Mahabharata yang pernah saya simak, ada lima tingkatan kesetiaan (satya)—diwakili oleh si sulung Pandawa, Yudhistira. Kelima tingkat kesetiaan itu adalah:
1. SATYA WACANA, yang artinya setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak berdusta, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak sopan.
2. SATYA HREDAYA, atau setia pada kata hati; berpendirian teguh serta tidak terombang-ambing dalam menegakkan kebenaran.
3. SATYA LAKSANA, yaitu setia dan jujur mengakui dan bertanggung jawab terhadap apapun yang pernah diperbuat.
4. SATYA MITRA, yaitu setia kepada teman atau sahabat.
5. SATYA SEMAYA, yaitu kepada janji.

Nilai kesetiaan atau satya, adalah media penyucian pikiran. Orang yang sering tidak jujur, sudah pasti kecerdasannya akan diracuni oleh virus ketidakjujuran. Ketidakjujuran tersebut akan menyebabkan pikirannya menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh dorongan panca indera. Di samping itu, ia akan sulit memperoleh kepercayaan dari lingkungannya, Tuhan pun tidak akan merestuinya.

Kesetiaan Dibuktikan Oleh 4 Ujian
"Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kejujuran (satya), atma disucikan dengan tapa brata, budhi disucikan dengan ilmu pengetahuan (spiritual)" ~ Kitab Manawa Dharmasastra

Kesetiaan adalah cermin hati; ia senantiasa cenderung mengungkapkan hal-hal yang kita sembunyikan dalam hati. Karenanya, kesetiaan bukan sekadar sebuah pernyataan, tetapi mesti dibuktikan melalui berbagai ujian. Sedikitnya, ada empat jenis ujian yang akan membuktikan kualitas kesetiaan seseorang.

Yang pertama, adalah ujian berupa WAKTU. Ujian ini akan memperlihatkan kualitas Ketekunan dan Persistensi seseorang. Waktu akan menunjukkan, apakah seseorang cukup setia atau tidak, karena orang yang benar-benar setia adalah THE LAST MAN STANDING, atau mereka yang bertahan hingga akhir. Oleh karena itu, tekunlah selalu pada setiap target yang Anda tetapkan, dan teguhlah dalam proses mencapainya. Buatlah komitmen atas visi hidup Anda.

Ujian yang kedua adalah SITUASI SULIT. Motivasi yang lemah serta sikap mudah menyerah merupakan penyebab utama hancurnya kesetiaan. Oleh karena itu teruslah bertahan menghadapi berbagai badai penghalang saat melalui masa-masa yang sesulit apapun. Tetapi, berusahalah untuk tetap selalu aktif dan kreatif dalam mencari jalan keluar. Karena kesetiaan akan hancur kalau Anda gagal menemukan solusi dan pemecahan untuk mengatasi kesulitan.

Yang ketiga adalah ujian yang berbentuk Friksi atau Gesekan. Semestinya, semakin dekat suatu hubungan akan semakin berpotensi menimbulkan gesekan. Itulah kenapa kita tidak pernah mengalami gesekan dengan orang-orang yang kurang kita kenal. Malah sebaliknya, terhadap orang yang dekat dengan kitalah sebuah konflik sentiasa terjadi. Maka dari itu, jangan terlalu kaget saat menghadapi gesekan. Sebaliknya, tetaplah jernih dan bersikap wajar menghadapinya. Karena kesetiaan dapat tetap dipertahankan jika kita mampu menyelesaikan konflik secara benar.

Ujian yang terakhir adalah kesiapan untuk “Membayar Harga”. Maksud saya di sini, kesetiaan adalah komitmen kita untuk mempersembahkan sebuah pengorbanan bagi pihak lain. Seseorang yang mau menang sendiri biasanya tidak akan mampu bertahan kalau ia harus berkorban. Dan dengan begitu, maka kesetiaannya akan sulit menerima ujian yang keempat ini.

sumber : andriewongso.com

Filosofi Memanah

Alkisah, di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalanan pulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panah dan busur tidak bisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya.

Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan beristirahat sejenak di rumah sederhana milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Dengan tergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan raja beserta rombongannya.

Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"

Bukannya menjawab pertanyaan, sang raja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yang tergeletak di sudut ruangan. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?" tanya sang raja dengan nada heran dan terkejut.

"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ‘istirahat'. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetap lentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal".

"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya," kata baginda.

"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."

"Apa itu?" tanya baginda penasaran.

"Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan".

Mendengar penjelasan si pemburu, tampak sang raja terkesima untuk beberapa saat. Tiba-tiba tawa sang raja memenuhi ruangan. "Terima kasih sobat. Terima kasih. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang pemburu yang hebat."

Setelah cukup beristirahat, raja pun berpamitan pulang dengan perasaan gembira. Dan timbul keyakinan, lain kali pasti akan berhasil lebih baik.

Para pembaca yang luar biasa,

Pengertian tentang mengistirahatkan tali busur (agar saat dipakai lagi tali tetap punya daya lentur yang kuat) dan fokus dalam memanah, sangat baik sekali. Kedua pengertian ini dapat kita aplikasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita butuh keahlian dalam mengatur irama kerja dan saat kapan kita harus beristirahat, agar keefektivitasan kerja tetap terjaga. Dan, kemampuan (untuk) fokus dalam melakukan segala kegiatan harus mampu kita bina dan tumbuh kembangkan.

Dengan kemampuan mengunakan dua kekuatan tadi, tentu kita akan menjadi manusia yang efektif dalam menggeluti usaha dan pasti (hasilnya) akan maksimal dan memuaskan.

sumber : andriewongso.com

Bosan Kerja? Ini Obatnya!

Perasaan bosan kerap mendera. Jika tak siap, bisa jadi itu akan mematikan karier kita.

Bosan di pekerjaan sering menjadi keluhan yang kita jumpai sehari-hari. Bahkan, menurut sebuah penelitian yang dimuat di Washington Post Amerika, sekitar 55% pekerja di Amerika Serikat—yang notabene sebagai negara maju dengan sistem kerja yang lebih rapi dan teratur—merasa kurang pas dan mudah bosan dengan apa yang dikerjakan. Karena itu, bosan dengan dunia dan pekerjaan sehari-hari sebenarnya adalah hal yang wajar.


Namun, sudah pasti kita pun tak bisa membiarkan hal tersebut terus terjadi. Sebab, dengan bosan yang terus dipelihara dan cenderung dituruti, hampir bisa dipastikan kita tak akan dapat apa-apa. Bahkan, bisa jadi karier pun berhenti di situ-situ saja. Mengapa? Karena kebosanan yang dituruti akan mendorong kemalasan. Ujungnya, jika terus dilakukan, kita sendiri yang akan merugi.

Karena itu, bosan di pekerjaan harus segera dicegah. Atau, jika sudah cukup parah, perlu segera diobati. Sebelum, semua jadi terlambat. Sebab, jika terlambat, surat pemecatan atau penghentian kontrak kerja bisa menanti. Lantas, apa yang harus kita lakukan, setidaknya minimal bisa “melawan” rasa bosan yang kerap kali terjadi? Berikut beberapa hal yang bisa kita coba lakukan…

• Ciptakan kondisi yang menyenangkan untuk pikiran kita
Banyak hal yang berawal dari pikiran. Maka ketika merasa bosan terhadap sesuatu, cobalah untuk berpikir ulang, bagaimana dan apa yang bisa kita lakukan untuk menjadikan pikiran yang kurang menyenangkan teredam. Misalnya, kita merasa mengapa pekerjaan begitu-begitu saja? Ganti dengan pikiran, banyak hal yang bisa dilakukan orang lain berkat pekerjaan saya. Contoh sebagai bagian akunting yang melakukan tugas pencatatan keuangan sehari-hari. Jika merasa bosan, bayangkan bahwa Anda sedang mengerjakan “misi” penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dengan peran Anda sebagai akunting, gajian bisa lebih tepat waktu, urusan keuangan menjadikan perusahaan lebih sehat dan maju. Akibatnya, pikiran Anda mengatakan, bahwa Anda mengemban misi penting yang sangat luar biasa bagi banyak orang.

• Bebaskan diri dari prasangka negatif
Cara lain yang juga biasa dianjurkan oleh banyak orang untuk menghadapi kebosanan adalah dengan mencoba menghindari asumsi dan prasangka yang negatif tentang apa yang kita kerjakan dan sekeliling kita. Tanpa sadar, bosan terjadi karena kita merasa respons yang diberikan terhadap apa yang kita kerjakan cenderung begitu-begitu saja. Bahkan, kemudian sering timbul iri hati melihat orang lain lebih dipandang prestasinya daripada kita. Hal tersebut kadang menimbulkan kebosanan yang berujung pada prasangka dan asumsi negatif. Untuk itu, coba lawan dan hadang asumsi tersebut. Sebab, bisa jadi, Anda sebenarnya sedang “diawasi” untuk mendapat penghargaan—atau sebaliknya, pemecatan. Karena itu, coba bebaskan diri dari pikiran-pikiran kurang menyenangkan dan menggantinya dengan hal yang lebih positif sehingga gairah bekerja pun meningkat.

• Hindari orang-orang yang punya kecenderungan mengundang hal negatif
Dalam pekerjaan sudah pasti kita berhubungan dengan banyak orang. Dan, masing-masing punya karakter yang berbeda. Karena itu, cobalah lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang punya karakter lebih positif. Bukannya memilih dan memilah teman, tapi seperti petuah bijak, jika ingin sukses, bergaullah dengan orang yang sukses.

Oleh karenanya, jangan terpancing pada “kelompok” yang sering kali bergosip di kantor, meski obrolannya cukup menarik. Cukup akrabi mereka sebatas rekan kerja. Namun, jika sudah ada obrolan yang menjurus ke arah kontraproduktif, sebisa mungkin segera jauhi. Sebab, acap kali saat yang diperbincangkan menyangkut hal-hal sensitif, bisa jadi kita ikut terbawa. Sehingga, tanpa terasa, hal tersebut menganggu pikiran yang berujung pada kebosanan dan kekuranggairahan bekerja.

Sebaliknya, coba cari dan dekati orang-orang yang berada pada level di mana mereka selalu terlihat antusias bekerja. Tanyakan, apa saja hal yang membuat mereka selalu bekerja maksimal. Atau, jika belum memungkinkan, amati cara dan pola kerjanya. Pasti kita akan mendapat “sesuatu” hal yang positif yang bisa kita ambil untuk meningkatkan kinerja kita.

• Buat tujuan yang penuh “petualangan”
Sering kali yang membuat kita bosan adalah pekerjaan yang monoton dan tidak lagi terasa menantang. Itulah mengapa banyak orang mencoba meninggalkan zona nyaman, yakni untuk mencari tantangan baru agar tak mudah bosan.

Jika hal ini terjadi dalam keseharian Anda, cobalah untuk mencari tujuan baru yang menantang dalam pekerjaan. Misalnya Anda bekerja di bidang asuransi. Barangkali sudah jamak perusahaan memberi bonus berupa tour ke negara tertentu sebagai hadiah atas prestasi yang ditorehkan. Namun, sesekali perlu juga kita mencari “harta karun” sendiri. Misalnya dengan menetapkan  tujuan harus deal dengan 5 orang baru dalam seminggu, kita akan memberikan hadiah pada diri sendiri, misalnya nonton film favorit di bioskop atau makan di restoran bersama pasangan. Kebiasaan memberikan “hadiah” pada diri sendiri dengan target tertentu akan membuat kita selalu tertantang untuk menaklukkan kebosanan dalam keseharian.

• Rayakan keberhasilan maupun kegagalan
Hampir semua pesta pasti menyenangkan. Karena itu, ciptakan pesta Anda sendiri dalam setiap kondisi yang dihadapi. Jika sukses, rayakan kesuksesan itu dengan rekan kerja atau teman-teman dekat. Gorengan atau teh botol ala kadarnya kadang bisa berarti banyak ketika kita melihat ada banyak orang ikut menikmati keberhasilan kita.

Sebaliknya, jangan jadikan kegagalan sebagai alasan untuk tidak bersenang-senang. Tentu, dengan kadar yang berbeda dari saat mengalami kesuksesan. Ini penting untuk membuat kita tetap semangat sekaligus sebagai sarana introspeksi diri. Misalnya, saat gagal deal sebuah proyek, coba “rayakan” dengan menonton film lucu. Selain bisa menghibur, kita pun cenderung akan berpikir lebih jernih sehingga kegagalan tetap bisa disikapi dengan bijaksana.

Kebiasaan merayakan keberhasilan dan sekaligus kegagalan itu bisa mengobati kebosanan karena kita akan selalu bisa menciptakan suasana menyenangkan.

Tentu, masih banyak cara dan kiat untuk membuat kebosanan atau kejenuhan menjauh. Yang pasti, nikmati saja semua proses itu. Seperti banyak orang bijak berkata: “Semua pasti berlalu…”  Termasuk, kebosanan itu. Pasti akan berlalu, seiring dengan berjalannya waktu dan seiring dengan kemauan kita untuk berjuang dan berupaya memperbaiki karier di berbagai kesempatan.

sumber : andriewongso.com