Great, Greater, Greatest

Bagaimana kita menilai diri sendiri? Ada yang kepercayaan dirinya sangat besar, sehingga merasa bisa menyelesaikan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Ada yang merasa dirinya hanya bagian kecil dari kehidupan, sehingga merasa tak punya peran apa-apa dan menjadikan dirinya minder. Ada yang mengaku hanya mengalir begitu saja dalam hidup. Ada pula yang merasa dirinya sangat beruntung dan dipermudah hidupnya.

Bagi sebagian orang, standar pengukuran terhadap diri sendiri kemudian adalah cerminan dari apa yang dicitrakan orang lain terhadap dirinya. Apa kata orang, itulah cerminan bagaimana cara sederhana orang mengukur tentang dirinya.

Namun, pertanyaan selanjutnya, apa yang harus kita lakukan dengan “nilai-nilai” yang telah dipredikatkan kepada kita? Cukup berpuas dirikah? Atau, malah merasa jengkel dan kesal karena ternyata kita diprasangkakan orang lain tak seperti yang dibayangkan sebelumnya?

Pada pemahaman di sini, ada nilai yang membedakan antara orang yang sukses dan orang yang biasa-biasa saja. Yakni, bagaimana ia menyikapi kondisi dirinya, untuk kemudian melakukan serangkaian tindakan—apakah sebagai reaksi evaluasi atau rekondisi—sehingga bisa menjadi orang yang lebih baik. Minimal, lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Dalam kondisi “minimal” tersebut, muncul pertanyaan berikutnya, benarkah kita sudah lebih baik dari sebelumnya? Apakah sukses yang telah kita raih telah mengantarkan kita menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya?

Perlu diingat, dalam hidup, selalu ada tahapan. Tak akan ada greatest tanpa menjadi greater sebelumnya. Dan, tak ada greater tanpa menjadi great sebelumnya. Bahkan, setelah mencapai greatest pun kadang kita akan terus menjalani hidup yang berputar, berproses, hingga akhirnya mampu menjadi manusia yang seutuhnya. Artinya, bagi semua yang menjalani, predikat apa pun yang dimiliki, sepanjang ia berhasil menjadi yang lebih baik dari sebelumnya, ia telah menjalani sebagian “prosesi” sebagai manusia yang “utuh”. Yakni, manusia yang tercipta dengan segenap kekurangan dan kelebihan, namun mampu memberikan manfaat pada sekelilingnya.

Untuk itu, mari kita selami kembali dalam diri. Apakah kita sudah bisa selalu menjadi insan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya? Jika belum, mari jadikan setiap saat untuk menjadi masa-masa yang terbaik—minimal bagi diri sendiri dan lingkungan terdekat—agar tiap hari akan jadi hari yang luar biasa.

sumber : andriewongso.com