Sebagai manusia normal, kita semua pasti pernah mengalami saat-saat yang menyenangkan, penuh harapan dan keyakinan, percaya diri. Namun ada juga saat-saat kita mengalami masa yang tidak menyenangkan, sepertinya tidak ada harapan lagi, kita kehilangan pegangan dan percaya diri. Semua itu normal karena manusia memiliki emosi atau perasaan. Perasaan inilah yang naik turun. Emosi kita berubah-ubah.
Seorang teman pernah berkata, ”Saya kok merasa kosong, tidak ada harapan. Dari dulu begini-begini saja.” Saya jawab, ”Itu kan hanya perasaan. Perasaan itu naik turun. Besok kalau ada kejadian yang menggembirakan, perasaan kamu akan berubah."
Keesokan harinya, dia sudah malas berangkat kerja, tapi saya sarankan untuk tetap berangkat. Siangnya ketika keluar makan siang, tanpa sengaja dia bertemu teman yang sejak Sekolah Dasar tidak pernah ketemu. Mereka berdua senang sekali. Perasaannya berubah. Setelah berbincang-bincang saling menanyakan kabar masing-masing, ternyata teman itu memiliki ide untuk mengajaknya kerja sama. Harapan baru muncul. Perasaannya berubah.
Ketika dia bercerita kepada saya, saya berkata: ”Seandainya tadi pagi kamu tidak berangkat kerja karena kamu merasa galau, tidak ada harapan, maka kamu tidak akan bertemu teman lama kamu.”
“Iya ya?” diapun tertawa. Kemarin dia manyun. Hahaha…. Betapa mudah perasaan berubah.
Apakah Anda merasa tidak ada harapan? Harapan selalu ada.
Mengapa? Karena kita tidak tahu masa depan. Kita tidak tahu hari esok. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sejam lagi. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sesaat lagi. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sedetik lagi. Jadi….. selalu ada harapan.
Kita tidak tahu apakah besok akan sama dengan hari ini. Selalu ada kemungkinan hal positif akan terjadi. Kita tidak tahu apakah yang kita lakukan akan berhasil atau gagal. Tapi selalu ada kemungkinan berhasil kan? Karena kita belum tahu apa yang akan terjadi.
Sebatang bunga yang berada di guci penjual bunga melihat teman-temannya dibeli orang. Ketika hari sudah senja, dia sudah kehilangan harapan. Dia mengira besok dia akan layu tiba-tiba datanglah seorang pemuda membelinya. Ternyata dia dipajang disebuah pesta pernikahan yang sangat indah.
Siapa bilang tidak mungkin?
Ketika dulu saya melamar kerja di PT Sandoz Biochemie Pharma Indonesia, saya boleh dibilang nekat. Iklan lowongan kerja yang dipasang di koran Kompas mencari lulusan MBA dari luar negeri. Waktu itu saya satu-satunya S1 yang melamar. Pelamar lain sangat keren, baik pria maupun wanitanya. Orang lain bilang, tidak mungkin saya diterima bekerja di sana. Kemungkinannya sangat tipis. Bahkan sepertinya tidak ada harapan. Dari kualifikasi saja, saya sudah tidak memenuhi syarat. Percuma. Tapi saya tetap maju dengan penuh semangat.
Ketika saya diwawancara oleh directornya, orang Swiss, saya ditanya oleh beliau, "Kamu bukan dari kedokteran. Kamu bukan dari farmasi. Kamu belum pernah bekerja sebagai medical representative di perusahaan farmasi. Kenapa kamu berani melamar kerja disini sebagai product manager yang kerjanya membuat strategi pemasaran untuk obat?"
Memang, pengetahuan saya tentang farmasi dan kedokteran nol besar. Latar belakang saya Teknik Arsitektur dan Bahasa Inggris, karena dulu saya kuliah di dua universitas secara bersamaan.
Jawaban saya hanya satu. Saya berkata, "I can learn!"
Saya menjelaskan, "Saya bisa belajar. Saya yakin bahwa semua ilmu bisa dipelajari. Dokter menguasai ilmu kedokteran karena dia kuliah kedokteran bertahun-tahun. Kalau saya kuliah kedokteran, saya juga bisa menguasai ilmu kedokteran. Berarti, ilmu kedokteran bisa dipelajari. Saya percaya SEMUA ilmu BISA dipelajari. Dan saya suka belajar." Saya menjawab dengan mantab karena saya memang berpendapat demikian. Dia langsung memutuskan untuk menerima saya.
Saya pun membuktikan ucapan saya. Saya mati-matian belajar. Ruangan saya penuh dengan buku manual dari Sandoz pusat, buku farmasi, buku kedokteran, dan semuanya saya baca dan pelajari. Saya datang paling pagi dan pulang paling malam. Bahkan seringkali buku-buku itu saya bawa pulang dan dipelajari di tempat kos sampai larut malam. Perusahaan kemudian mengirim saya mengikuti kursus Farmakologi di Universitas Indonesia.
Siapa bilang, saya tidak mungkin bekerja di perusahaan farmasi? Harapan selalu ada. Kemungkinan positif selalu ada.
Kiat mendapatkan semangat baru:
1. Berdoa
Percaya kepada Yang Maha Kuasa merupakan jalan utama untuk menumbuhkan harapan baru. Apapun agama kita, tidak menjadi masalah. Setiap orang bisa berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Fokus kepada hal-hal positif
Masa depan mengandung berbagai kemungkinan. Kemungkinan berhasil atau gagal. Kemungkinan berubah atau tidak. Kemungkinan positif atau negatif. Jadi apa yang sebaiknya dilakukan? Berpikir positif! Dengan berpikir positif, kita akan menarik hal-hal yang positif, maka hal-hal positif akan datang. Tidak ada gunanya berpikir negatif. Tidak ada gunanya menarik hal-hal negatif. Untuk apa? Biasakanlah berpikir positif. Jika kita berpikir negatif, maka hasilnya adalah stres, takut, khawatir, bingung, ragu, galau, dan sebagainya. Tapi ketika kita berpiir positif, maka hati akan lebih tenang, pikiran lebih jernih, stres hilang, ketakutan dan kekhawatiran hilang.
3. Jangan ikuti perasaan
Perasaan atau emosi akan selalu berubah-ubah. Tiap detik juga bisa berubah. Jadi ketika merasa sesuatu yang negatif, santai saja. Rileks. Tarik napas panjang, lalu hembuskan sampai habis. Alihkan pikiran ke hal lain yang lebih positif.
4. Belajarlah
Belajarlah dari sekarang. Kejar kekurangan yang dirasakan. Misalnya Anda kurang lancar berbahasa Inggris, belajarlah. Jangan diam saja. Jangan menyerah. Anda kurang lancar berkomunikasi, belajarlah. Anda merasa kurang pandai berbicara didepan orang banyak, belajarlah. Berlatihlah. Pasti bisa.
Hope for the Best. And Just Do It!
____
Lisa Nuryanti
Super Mindset Motivator & Professional Development Consultant
sumber : andriewongso.com